"Ini mirip dengan pola kerusuhan 21-23 Mei dimulai sore hari dan berlangsung sampai malam hari dan ini kita lihat cukup sistematis, artinya ada pihak-pihak yang mengatur ini," kata Tito di Kemenko Polhukam, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Kamis (26/9/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Molotov bukan mahasiswa yang ditangkap juga sebagian di antaranya bukan mahasiswa, bukan pelajar, mereka masyarakat umum yang ketika ditanya juga mereka nggak paham tentang RUU apa, RUU apa, bahkan ada yang mendapat bayaran," tuturnya.
Menurut Tito, para perusuh ini memanfaatkan aksi mahasiswa yang awalnya menyampaikan aspirasi dengan tertib untuk membuat kericuhan. Para perusuh ini, disebut Tito, memiliki agenda tersendiri yang berbeda dengan aksi mahasiswa.
"Kita melihat ada indikasi kelompok yang melakukan aksi ini yang semula murni dari adik-adik mahasiswa ada pihak yang memanfaatkan mengambil momentum ini untuk agenda sendiri, untuk agenda-agenda politik yang disebutkan Menko Polhukam dengan tujuan politis untuk menjatuhkan pemerintahan yang sah secara konstitusional sehingga kita lihat seperti di Jakarta tidak tepat sudah caranya adanya penggunaan bom molotov, ada pembakaran pos polisi," ucapnya.
Sanksi Ancam Rektor dan Dosen yang Gerakkan Mahasiswa Demo!:
(haf/fjp)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini