Jakarta - Polri menduga kericuhan di Wamena, Jayawijaya, dan Jayapura, Papua, yang terjadi hari ini sengaja diciptakan oleh oknum. Situasi di Bumi Cenderawasih yang sudah aman setelah insiden ucapan rasial di Surabaya dibuat kembali memanas agar menyedot perhatian Sidang Umum PBB ke-74 di New York, Amerika Serikat, yang sedang berlangsung.
"Untuk kejadian Papua, kita harus melihatnya secara luas. Bahwa sedang ada Sidang Umum PBB di New York tanggal 23 sampai 27 September ini," ucap Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Dedi Prasetyo di Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Senin (23/9/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dedi menuturkan kelompok yang menjual isu kemerdekaan Papua ingin mencuri perhatian para peserta Sidang Umum PBB. Mereka hendak memanfaatkan momentum tersebut.
"Kaitannya dengan situasi terkini di Papua, diduga kelompok-kelompok yang mendalangi kerusuhan di Papua memanfaatkan momen untuk mencari perhatian karena sedang ada Sidang Umum PBB," terang Dedi.
Untuk diketahui, rangkaian Sidang Majelis Umum ke-74 PBB (United Nations General Assembly-UNGA) sebenarnya sudah dimulai pada 17 September 2019. Hari ini, Senin (23/9/2019) adalah hari pertama High Level Week di mana pemimpin berbagai negara berkumpul di Markas PBB di New York.
Para pemimpin negara akan menyampaikan pernyataan masing-masing dalam General Debate yang dimulai pada Selasa (24/9). Pernyataan tiap pemimpin negara disampaikan bergantian hingga Jumat (27/9).
Berdasarkan informasi yang diterima
detikcom, dalang kerusuhan di Papua dan Papua Barat beberapa pekan lalu, Benny Wenda, mengikuti sidang tersebut. Benny, yang selalu mengklaim dirinya mewakili rakyat Papua, membawa agenda referendum.
"Desain ini tidak luput dari peran BW. Tokoh KNPB (Komite Nasional Papua Barat)," ucap Dedi sebelumnya.
Untuk diketahui, Benny Wenda sendiri merupakan orang asli Papua yang saat ini menjadi warga negara Swiss. Kericuhan kembali pecah secara bersamaan di Wamena, Jayawijaya, dan Jayapura, Papua.
Di Wamena, muncul kabar adanya guru yang berucap kata rasial menjadi awal tersulutnya emosi pelajar SMA PGRI. Namun, setelah dicek, kabar tersebut
hoax.
Siswa SMA PGRI yang melakukan demonstrasi ke jalan ternyata disusupi oleh kelompok kriminal bersenjata dan mahasiswa prokemerdekaan Papua yang menyamar dengan seragam SMA. Mereka pun melakukan pembakaran, merusak fasilitas umum, dan menyerang warga pendatang sehingga menyebabkan 16 korban tewas dan aparat terluka.
Sementara itu, kericuhan di Jayapura diawali penolakan Universitas Cenderawasih terhadap mahasiswa yang hendak menduduki auditorium kampus. Pihak kampus menduga auditorium akan digunakan sebagai tempat kelompok anti-NKRI berkumpul.
Pihak rektorat kampus kemudian meminta bantuan aparat TNI-Polri untuk membubarkan kelompok tersebut. Aparat pun berhasil menggiring massa ke luar kampus. Namun kelompok massa tiba-tiba menyerang aparat dengan senjata tajam, batu dan kayu.
Satu prajurit TNI AD, Praka Zulkifli, gugur akibat serangan tersebut. Enam personel Brimob juga mengalami luka-luka. Akibat bentrokan ini, tiga mahasiswa tewas.
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini