"58,26 persen SDM kita adalah lulusan SD dan SMP, inilah kondisi angkatan kerja kita. 5,7 persen mereka bekerja di sektor non formal. Kenapa kita melakukan pelatihan vokasi, agar tidak ada yang terkena pemutus hubungan kerja (PHK). Karena dari industri 4.0 akan ada 58 persen orang yang terdampak," ucap Dirjen Pembinaan Pelatihan dan Produktivitas Kemnaker, Bambang Satrio, di Kantor Kementerian Ketenagakerjaan, Gatot Subroto, Jakarta Selatan, Senin, (23/9/2019).
Bambang juga menjelaskan, perkembangan revolusi industri 4.0 akan menyebabkan terjadinya transformasi pekerjaan yang membutuhkan skill baru. Transformasi ini harus diikuti dengan pemetaan jabatan untuk menghitung jenis pekerjaan baru di masa yang akan datang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kalau transformasi ini tidak dijalankan, tentunya akan mematikan potensi pekerja selanjutnya. Dengan begitu Kemnaker membuat pelatihan vokasi untuk pengembangan dan penguatan mutu para pekerja di Indonesia.
"Bonus dari demografi adalah komposisi penduduk di Indonesia dari 2012 hingga 2045 sebanyak 70 persen dari pekerja akan menentukan arah ke depan. Maka dari itu untuk memiliki produktivitas yang tinggi ini menjadi beban negara. Untuk mendapatkan bonus demografi harus ada upaya dan investasi di bidang tertentu," ucapnya.
"Nanti kita akan melahirkan generasi yang sehat, pintar dan tentunya akan produktif," kata dia.
Di sisi lain, Praktisi Vokasi, Kun Wardana Abyoto, juga menyoroti peran serikat pekerja di era industri 4.0. Dalam era ini, menurutnya, para serikat pekerja harus mampu mempersiapkan strategi untuk tantangan ketenagakerjaan.
Para serikat pekerja harus mengetahui kunci keberhasilan menghadapi revolusi ini dengan memperkuat dialog dan kemitraan bersama perusahaan.
"Kuantitas serikat pekerja memiliki kelebihan dalam jumlah anggota yang tersebar di seluruh sektor dan provinsi di Indonesia. Serikat pekerja juga memiliki peran, kita bersama-sama mengantisipasi tantangan yang ada. Dengan demikian serikat pekerja merupakan salah satu agen penting dalam perubahan transformasi ini," ucapnya.
Selain itu, Kun mengatakan Indonesia juga harus memiliki sumber daya manusia (SDM) yang cerdas yang didukung oleh serikat pekerja. Pelatihan vokasi nasional ini hadir untuk mengantisipasi SDM yang tidak siap dengan revolusi industri 4.0
"Memang untuk menghadapi ini, bagaimana Indonesia harus memiliki SDM yang unggul dan cerdas. Kalau dari sudut pandang serikat pekerja itu mencerdaskan serikat pekerja. Di komite vokasi nasional kita punya sektor untuk pentingnya antisipasi hal ini. Dengan begitu para pekerja akan siap menghadapi tantangan ke depannya," ucapnya. (prf/ega)