Para warga di yang tinggal di sekitar gunung sampah ini mengaku sangat terganggu. Asap selalu masuk ke dalam rumah. Karena asap ini dari aneka sampah, termasuk limbah plastik, kesehatan warga jadi terganggu.
"Di dalam rumah saya ada bayi yang mau tidak mau harus menghirup polusi udara tersebut," kata salah seorang warga yang tinggal di dekat lokasi pembuangan sampah ini, Aan, Senin (23/9/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Aan menambahkan, ia berharap pemerintah setempat bisa membersihkan tumpukan sampah tersebut. "Apakah tidak ada solusi dari Pemda agar timbunan sampah tersebut bisa dipindahkan dan Sungai Ciliwung menjadi bersih serta udara menjadi sehat?" ungkap Aan.
Hal yang sama diungkap warga lainnya bernama Kodir. Ia menjelaskan, asap pembakaran gunung sampah tersebut, sangat mengganggu kesehatan anak-anak.
"Sangat mengganggu pernapasan terutama bayi atau balita jika sampah sedang dibakar. Balita jadi rewel dan harus diungsikan," kata Kodir.
Warga lainnya bernama Andika menjelaskan, tumpukan sampah ini lokasinya tidak jauh dari musala perumahan warga. Asap dari pembakaran sampah ini seringkali masuk ke dalam musala dan menggangu kekhusyukan warga yang salat. "Adanya tumpukan sampah tersebut sangat menganggu kegiatan ibadah di musala perumahan yang posisinya bersebelahan langsung," ujarnya.
"Bau asap juga tercium ketika membuka pintu ataupun jendela di pagi hari. Padahal, udara pagi di Cilebut, Bogor cukup sejuk dan baik untuk olahraga. Kasihan anak-anak kecil kalau harus menghirup asap," sambung warga lainnya, Tompi Utomo.
Warga lainnya yang ditemui di lokasi, Nia, mengatakakan tumpukan sampah di pinggir Sungai Ciliwung itu, sekira empat kali dibakar dalam satu hari. Pada malam hari pun, bau dari asap pembakaran itu sangat terasa.
"Enggak tentu waktunya dibakar. Malam saja kadang tercium bau pembakaran sampah. Sehari bisa 4 kali sampah dibakar. Tapi saya sendiri enggak tahu siapa yang membakar sampah tersebut," terang Nia.
![]() |
Bau asap pembakaran sampah, lanjut Nia, sampai masuk sampai ke dalam rumahnya. Tidak hanya asap dan bau saja, lalat dari gunung sampah ini pun menurutnya sering datang dan masuk ke rumahnya.
"Bau asap pembakarannya sampai masuk ke dalam kamar saya. Kalau asapnya, hanya sampai ruang tamu saja. Kalau lalat, sehari bisa dua kali datang. Pagi sekitar pukul 09.00 WIB dan sore, kira-kira pukul 16.00-16.30 WIB," tutur Nia.
Dikatakan Dasmad, warga sekitar, gunung sampah itu berasal dari warga sekitar yang selalu membuang sampah di lokasi tersebut. Ada warga yang membuang sampah resmi dengan mobil pengangkut sampah, namun ada juga yang membuang sampahnya di dekat Sungai Ciliwung tersebut. Hal ini sudah berlangsung lama hingga sampah menggunung.
"Kalau ini (tumpukan sampah) yang lebih banyak buangnya dari perumahan sebelah. Cuma enggak tau siapa. Pokoknya ini pakai gerobak, jadi ada yang angkut dan buang ke sini (tumpukan sampah), kata Dasmad.
![]() |
Warga lainnya, Yance Waita mengungkapkan, tumpukan sampah itu membuat Sungai Ciliwung tercemar. Setiap musim hujan, tumpukan sampah tersebut akan turun ke sungai karena terbawa arus.
Sungai Ciliwung, kata dia, akan menjadi hitam akibat limbah dari gunung sampah ini. Padahal menurutnya Sungai Ciliwung ini masih dia manfaatkan bersama sejumlah warga lainnya untuk mandi, mencuci dan air minum.
"Kalau musim hujan, bapak datang, air hitam. Jadi kalau mandi di sini (Sungai Ciliwung), bau," ucap Yance.
Yance berharap pemerintah setempat segera melakukan penanganan atas gunung sampah di Cilebut ini. Dia juga meminta kesadaran masyarakat agar tidak membuang sampah sembarangan, melainkan melalui jalur resmi.
Halaman 2 dari 2
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini