Kepala BNPB Jelaskan Kesulitan Padamkan Api di Lahan Gambut

Kepala BNPB Jelaskan Kesulitan Padamkan Api di Lahan Gambut

Rolando Fransicus Sihombing - detikNews
Senin, 23 Sep 2019 15:54 WIB
Kepala BNPB Doni Monardo (Foto: dok. Istimewa)
Jakarta - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo menjelaskan sulitnya penanganan kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Menurut Doni, sebagian besar lahan yang terbakar berada di kawasan gambut dan sulit dipadamkan.

"Pertanyaannya kenapa sedemikian sulit mengatasi kebakaran hutan dan lahan? Sebagaimana yang tadi saya sampaikan bahwa gambut yang terbakar mendekati angka 90 ribu hektare per 31 Agustus yang lalu dari data yang saya kumpulkan, penjelasan dari Bapak Nasir Fuad, Kepala Badan Restorasi Gambut," kata Doni, saat jumpa pers, di gedung Graha BNPB, Jalan Pramuka, Jakarta Timur, Senin (23/9/2019).


Menurut Doni, gambut adalah fosil batu bara muda yang berusia ribuan tahun. Dia menyebut gambut mudah terbakar.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Gambut ini adalah fosil batu bara muda yang sebagian besar fosil ini terdiri atas kayu-kayu yang sudah berusia ribuan tahun. Beliau juga mengatakan, pada masa Perang Dunia Kedua, Hitler pernah menggunakan bahan bakar untuk industri militer Jerman berasal dari gambut," ujar Doni.

"Oleh karenanya, dapat kita simpulkan bahwa gambut ini adalah bahan bakar yang mudah terbakar ketika kondisinya mengalami kekeringan. Sebagaimana yang kita saksikan berbagai pemberitaan bahwa sebagian besar kawasan gambut ini mengalami kekurangan air karena kemarau sangat panjang, beberapa daerah telah lebih dari 60 hari tanpa hujan," sambungnya.



Kemarau yang panjang membuat permukaan air di gambut mengalami kekeringan. Padahal, kata Doni, habitat gambut adalah daerah berair hingga rawa.

"Sehingga mengakibatkan permukaan air di banyak tempat di wilayah gambut mengalami kekeringan, padahal kita semua tahu bahwa gambut ini habitatnya atau kodratnya adalah basah, berair, bahkan rawa," ucap Doni.

Di beberapa daerah, kata Doni, kedalaman gambut bisa mencapai 30 meter. Dengan hal itu, Doni mengatakan perlu dilakukan upaya mengembalikan fungsi konservasi di lahan gambut.


"Oleh karenanya, perlu dilakukan berbagai macam upaya untuk mengembalikan fungsi konservasi di wilayah gambut ini dan kita termasuk negara dengan luas gambut besar dan terluas di dunia. Di samping itu, beberapa daerah memiliki gambut kedalamannya bukan hanya 5-10 meter, tetapi lebih 30 meter," sebutnya.

Pemahaman tentang gambut, menurut Doni, saat ini sangat penting. Doni mengatakan pembakaran lahan gambut meningkatkan risiko yang tinggi.

"Informasi ini sangat penting bagi kita semua agar kita bisa memahami, melakukan pembakaran di lahan gambut adalah sama saja dengan membakar tingkat risiko yang paling besar," imbuh Doni.
Halaman 2 dari 2
(gbr/gbr)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads