"Terpaksa pak, karena tidak ada uang untuk membeli susu, setiap hari diberi kopi sebanyak empat kali, apalagi saat dia mau tidur, biasanya terus merengek kalau tidak diberi kopi," kata sang Ibu Anita, saat dijumpai wartawan, Sabtu (14/9/2019).
Diakui Anita, setiap hari bersama sang suami Sarifuddin dirinya menggantungkan hidup dari upah bekerja sebagai pengupas daging buah kelapa.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saat lagi musim, biasanya dalam sehari saya dan suami mampu menghasilkan uang sebanyak Rp 12.000-Rp 20.000 perhari, sangat pas-pasan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari," ungkapnya.
Kendati khawatir dengan perkembangan kesehatan buah hatinya yang terus menerus diberi kopi setiap harinya, Anita mengaku tidak dapat berbuat banyak. Anita hanya pasrah meratapi kemiskinannya.
"Mau bagaimana lagi pak, uang yang ada hanya cukup dipakai untuk makan sehari-hari, itu saja kadang tidak cukup, kita berharap bantuan makanan tambahan atau susu dari petugas kesehatan setempat juga tidak pernah didapatkan," ujarnya pasrah.
Dikonfirmasi terpisah, Camat Matakali Sulaeman Makka, mengaku telah menghimbau kedua orang tua, agar tidak lagi memberikan kopi pada bayinya. Dia mengatakan, pihaknya sudah menyiapkan susu untuk keluarga tidak mampu.
"jadi kalau memang anak kurang mampu, di pustu (Puskesma Pembantu) sudah disiapkan susu untuk diberikan kepada anak kurang gizi juga untuk anak yang tidak mampu," ungkap Sulaeman saat dikonfirmasi terpisah. (rvk/asp)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini