Jakarta -
Polri memastikan penangkapan aktor intelektual kerusuhan di Papua tak berhenti di mantan Ketua BEM Uncen, Ferry Kombo saja. Semua aktor yang terlibat akan dikejar.
Ferry ditangkap di Bandara Sentani, Jayapura. Dia ditangkap saat hendak terbang ke Wamena.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia diduga berperan mengoordinasikan sejumlah tokoh di Papua dan Jawa. Ferry juga ikut menggerakkan aktor lapangan dalam kerusuhan di Papua.
"Menggerakkan beberapa tokoh yang tergabung dalam aliansi mahasiswa Papua yang ada di beberapa di Jawa maupun yang terkoneksi di Papua juga. Yang bersangkutan ditangkap di Papua ketika akan berangkat ke Wamena," kata Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Dedi Prasetyo di Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Jakarta Selatan, Senin (9/9).
"Dia menggerakkan dari sisi akar rumput, kemudian menggerakkan dari aktor lapangan kerusuhan yang ada di Jayapura maupun di beberapa wilayah di Papua," imbuhnya.
Menurut Dedi, Ferry melakukan provokasi secara langsung. Selain itu, polisi juga mendalami provokasi yang disebarkan lewat media sosial.
"Ada langsung, secara direct, langsung, melalui komunikasi medsos, itu kita sedang dalami semuanya," pungkas Dedi.
Dedi menjelaskan masih ada tokoh-tokoh lain yang terlibat dalam kerusuhan di Papua. Dedi menegaskan Polri akan menindak tegas para pelaku.
"Masih ada lagi tokoh-tokoh penggerak lapangan yang akan terus dilaksanakan penegakan hukum oleh Polda Papua," kata Dedi.
Selain Ferry Kombo, aktivis mahasiswa lainnya, Alexander Gobay, juga dijadikan tersangka. Peran Gobay hampir sama dengan Ferry Kombo.
"Dia menggerakkan mahasiswa-mahasiswa yang junior yang ada di Uncen, kemudian dia juga menggerakkan massa," ujarnya.
Ferry Kombo dan Alexander Gobay merupakan penggerak Aliansi Mahasiswa Papua (AMP). Keduanya diduga terkait dengan Komite Nasional Papua Barat (KNPB).
"AG (Alexander Gobay) sama dengan si FK (Ferry Kombo), bagian daripada tim penggerak AMP di Jayapura, yang digerakkan nanti dari aktor intelektual yang di KNPB," kata Dedi.
Dedi mengatakan saat ini polisi sedang mendalami peran 2 tokoh KNPB terkait kerusuhan di Papua. Keduanya berinisial AK dan VY.
"KNPB kan ada 2 aktor intelektualnya juga, memang belum ditetapkan sebagai tersangka, tapi masih didalami oleh aparat Polda Papua dan tim dari Mabes Polri pun dikirim untuk mem-back up Polda Papua untuk memeriksa saudara AK dan VY, sebagai tokoh di KNPB," ungkapnya.
Tak hanya tokoh dalam negeri, menurut Dedi, para aktor intelektual kerusuhan Papua itu juga berasal dari pihak luar negeri. Bahkan, kata Dedi, para aktor intelektual itu mengincar perhatian sidang HAM di Jenewa, Swiss, dan Sidang Umum (Sidum) PBB di New York.
"Yang mendesain ini tidak hanya di dalam negeri tapi luar negeri juga. Karena targetnya mereka tetap agenda internasional menjadi perhatian dari kelompok tersebut. Tanggal 9 September akan dilaksanakan sidang HAM di Jenewa. Kemudian tanggal 23-24 September ada Sidang Umum PBB di New York," ujar Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Dedi Prasetyo di Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Jakarta Selatan, Jumat (6/9).
Dedi mengungkapkan para aktor intelektual tersebut mendesain berbagai isu negatif terkait Papua agar Sidang HAM di Jenewa dan Sidang Umum PBB menyoroti dan membahas Papua.
"Agenda setting itulah yang akan mereka desain memunculkan isu-isu Papua, isu tentang HAM, isu kerusuhan, isu rasisme. Itu diangkat kelompok tersebut meski dalam agenda tersebut nggak ada agenda tentang itu," katanya.
Selain mengincar 2 agenda internasional tersebut, para aktor intelektual merencanakan kerusuhan di Papua terjadi hingga 1 Desember. Diketahui, 1 Desember merupakan hari yang dikenal oleh organisasi separatis di Papua sebagai Hari Papua merdeka.
"Kalau di dunia internasional dia mengambil setting Sidang Umum PBB. Kalau di dalam negeri dia mengambil setting tetap mendesain kerusuhan ini sampai 1 Desember. Satu Desember kamu tahu kan 1 Desember ada kegiatan apa, ya itu harus betul-betul diantisipasi secara maksimal," paparnya.
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini