Hari Aksara Internasional, Gubernur Sulsel Perkenalkan Literasi Budaya Timur

Hari Aksara Internasional, Gubernur Sulsel Perkenalkan Literasi Budaya Timur

Muhammad Taufiqqurahman - detikNews
Sabtu, 07 Sep 2019 10:52 WIB
Gubernur Sulawesi Selatan (Sulsel), Nurdin Abdullah, ingin literasi budaya dari Timur, khusus Sulawesi diperkenalkan lebih sering ke tingkat nasional.Foto: Muhammad Taufiqqurrahman/detikcom
Makassar - Gubernur Sulawesi Selatan (Sulsel), Nurdin Abdullah, ingin literasi budaya dari Timur, khusus Sulawesi diperkenalkan lebih sering ke tingkat nasional. Literasi itu mengajarkan masyarakat untuk saling menghormati satu sama lain.

"Nilai ini diajarkan secara turun-temurun oleh orang tua kita untuk membentuk karakter kita bersama," kata Nurdin dalam sambutannya di acar Hari Aksara Internasional Ke-54 Tingkat Nasional. Kegiatan tahun ini yang mengangkat tema Ragam Budaya Lokal dan Literasi Masyarakat, dilaksanakan di Lapangan Karebosi, Makassar, Sabtu (7/9/2019).

Nurdin memperkenalkan salah satu nilai luhur yang lahir dari Sulsel yaitu sipakatau, sipakainge dan sipakalebbi, yang memiliki arti saling memanusiakan, saling mengingatkan dan saling menghargai.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Nurdin berharap dengan menerapkan nilai-nilai ini dalam kehidupan sehari-hari maka bisa menciptakan keharmonisan dan suasana yang kondusif di tengah-tengah masyarakat. Ini juga dapat diterapkan di era yang serba menggunakan teknologi misalnya dengan sosial media untuk menyebarkan berita yang baik dan termasuk dalam memerangai penyebaran berita hoaks.

"Inilah tantangan literasi pada abad 21 yang lebih dari kemampuan baca, tulis dan hitung. Literasi yang berdasar budaya luhur, saling menghargai, menyebarkan kebaikan dan kritis menerima setiap informasi yang kita terima," ujarnya.

Dia melanjutkan bahwa persoalan buta aksara merupakan masalah besar yang mempengaruhi Indeks Pembangunan Manusia, khususnya di Sulsel. Berdasarkan data BPS, Indeks Pembangunan Manusia atau IPM Provinsi Sulsel 2018 mencapai 70,90.

Berdasarkan peta daerah, IPM di Sulsel terbilang positif, karena sebagian sudah berstatus tinggi. Dari 24 kabupaten kota, tinggal 11 kabupaten dengan status sedang, tujuh daerah berstatus tinggi, yaitu Parepare, Palopo, Luwu Timur, Enrekang Pinrang, Sidrap, Barru, dan Kota Makassar satu-satunya berada di level sangat tinggi.

Gerakan literasi sekarang ini menjadi gerakan yang terus disosialisasikan pada setiap lapisan masyarakat.

"Kegiatan literasi merupakan suatu bentuk hak dari setiap orang untuk belajar sepanjang hidupnya," ujar Nurdin.

Oleh karenanya, peringatan hari Aksara ini memiliki arti sangat penting dalam pemberantasan buta aksara. Tujuannya, sebagai upaya memperkuat komitmen seluruh pemangku kepentingan dalam pemberantasan buta aksara di Indonesia. "Nilai ini diajarkan secara turun-temurun oleh orang tua kita untuk membentuk karakter kita bersama," kata Nurdin dalam sambutannya.

Ia yakin, dengan menerapkan nilai-nilai ini dalam kehidupan sehari-hari, maka bisa menciptakan keharmonisan dan suasana yang kondusif di tengah-tengah masyarakat. Ini juga dapat diterapkan di era yang serba menggunakan teknologi. Misalnya dengan sosial media untuk menyebarkan berita yang baik dan termasuk dalam memerangai penyebaran berita hoaks.

"Inilah tantangan literasi pada abad 21 yang lebih dari kemampuan baca, tulis dan hitung. Literasi yang berdasar budaya luhur, saling menghargai, menyebarkan kebaikan dan kritis menerima setiap informasi yang kita terima," ujarnya.

Dia melanjutkan bahwa persoalan buta aksara merupakan masalah besar yang mempengaruhi Indeks Pembangunan Manusia, khususnya di Sulsel. Berdasarkan data BPS, Indeks Pembangunan Manusia atau IPM Provinsi Sulsel 2018 mencapai 70,90.

Berdasarkan peta daerah, IPM di Sulsel terbilang positif, karena sebagian sudah berstatus tinggi. Dari 24 kabupaten kota, tinggal 11 kabupaten dengan status sedang, tujuh daerah berstatus tinggi, yaitu Parepare, Palopo, Luwu Timur, Enrekang Pinrang, Sidrap, Barru, dan Kota Makassar satu-satunya berada di level sangat tinggi.

Gerakan literasi sekarang ini menjadi gerakan yang terus disosialisasikan pada setiap lapisan masyarakat. "Kegiatan literasi merupakan suatu bentuk hak dari setiap orang untuk belajar sepanjang hidupnya," ujar Nurdin.

Oleh karenanya, peringatan hari Aksara ini memiliki arti sangat penting dalam pemberantasan buta aksara. Tujuannya, sebagai upaya memperkuat komitmen seluruh pemangku kepentingan dalam pemberantasan buta aksara di Indonesia.
Halaman 2 dari 3
(fiq/aan)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads