detikcom berkesempatan mengunjungi Narathiwat, provinsi yang berbatasan langsung dengan Malaysia. Daerah yang dihuni sekitar 800 ribu warga ini memiliki masjid tertua, Masjid Wadi Al Hussein; dan museum alquran kuno yang dikelola Yayasan Pendidikan Ahmadiah Islamiah.
"Masjid ini dibangun pada 1014 Hijriah. Saat itu nama daerah ini masih di Teluk Manok," jelas Khatib Masjid Wadi Al Hussein, Yusuf (54), di Lubuk Sawo, Bachok, Narathiwat, Thailand, Selasa (3/9/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pria kelahiran di Pattani, Thailand ini sudah 25 tahun mengurus masjid yang memiliki luas kurang lebih 180 meter persegi ini. Dia mengatakan usia masjid telah mencapai lebih dari 300 tahun.
"Seiring waktu, terjadi dua kali pemugaran besar pada bagian pondasi masjid. Pertama kaki-kaki masjid yang dari kayu diperbaiki, namun karena termakan usia dan lapuk, pondasi kaki masjid ditambahi semen pada 1357 Hijriah," terang dia.
Yusuf mengatakan penamaan masjid diambil dari nama orang yang membangun pertama kali. Imam masjid saat ini adalah Ramli Talokding (63), yang merupakan generasi ketujuh Wadi Al Hussein.
"Dibangun oleh Wadi Al Hussein, alim ulama di sini pada masa dulu," kata Yusuf.
Yusuf mengungkapkan ada kedekatan emosional antara Wadi Al Hussein dengan salah satu wali nusantara yakni Sunan Ampel. "Wadi Al Hussein konon ceritanya sepupu dengan Sunan Ampel dari Demak." ucap dia.
"Masjid ini pernah didatangi (katanya) Sultan Demak, Sultan Palembang. Dari Malaysia macam datuk-datuk datang untuk melihat," sambung Yusuf.
Dari pantauan detikcom, masjid ini jauh dari kata megah dan terkesan sederhana. Bangunannya mirip rumah panggung dan 99 persen terbuat dari kayu. Tak ada pendingin ruangan di dalamnya, namun dipasang beberapa kipas angin di atap sudut masjid.
![]() |
"Bangunan masjid menggunakan kayu yang orang Melayu sebut kayu cengah. Ada kolaborasi budaya Melayu dan Cina (di segi arsitektur masjid). Budaya Melayu nampak pada ukiran bunga yang ada di ujung-ujung atap. Budaya Cina nampak pada atap masjid," ujar Yusuf.
Yusuf menuturkan sempat terbersit niat memugar masjid agar lebih besar dan menampung lebih banyak umat. Kendati, hal tersebut urung karena akan mengurangi keaslian arsitektur masjid.
Baca juga: Ada Taj Mahal di Sunter, Sudah Tahu? |
"Mau (dibangun) lebih besar juga. Tapi lebih baik tetap menjaga keaslian. Untuk menjaga masjid ini diperlukan sifat sabar, kepandaian, bersatu padu, sifat ikhlas," tutur Yusuf.
Dia lantas menjelaskan banyak falsafah yang terkandung dalam arsitektur masjid. Pertama, meski berbentuk panggung, namun tinggi bangunan dari tanah hanya sekitar 1,5 meter dengan satu lantai.
"Masjid ini banyak falsafahnya, dibangun rendah karena apabila kita berdiri, salat, pandangan tidak ke luar, sehingga kita khusuk salat. Kemudian saat kita duduk, terasa angin terus masuk," cerita dia.
Bagian dalam masjid berlantai kayu ini terdiri dari tiga ruangan, yaitu depan, tengah dan belakang. Bagian depan masjid, lanjut Yusuf, telah tersentuh pemugaran. Namun bagian tengah dan dalam masih asli.
![]() |
"Bagian depan sudah desain baru, bagian belakang asli yaitu konstruksinya tidak menggunakan paku," imbuh Yusuf.
Bagian ruang depan dengan tengah bangunan masjid disekat dinding kayu dengan dua pintu berukuran besar dan kecil yang menghubungkan kedua ruangan.
"Pintu besar dan kecil falsafahnya kita masuk dengan sombong dengan pintu besar. Kita masuk dengan pintu kecil, maka harus hati-hati dan tunduk, rendah. Ukiran di pintu adalah bunga awan-awan (bentuknya bergelombang dan menyambung), yang memiliki falsafah tidak berkesudahan, bersatu padu," jelas dia.
Baca juga: Menikmati Keanggunan Masjid di Dubai |
Yusuf menuturkan sebanyak 400 hingga 500 umat Muslim berkumpul di Masjid Wadi Al Husein setiap hari besar. Jamaah memenuhi sisi dalam masjid hingga halaman.
"Biasanya (ramai) di Jumat, Sabtu, Minggu atau hari libur, banyak dikunjungi wisatawan luar negeri. Kapasitas masjid 400 sampai 500 jamaah, dari dalam sampai di halaman masjid. Yang berkunjung paling banyak orang sini (Thailand bagian selatan), jamaah. Tapi banyak orang dari Malaysia juga." terang dia.
Yusuf menuturkan mengungkapkan biaya perawatan masjid berasal dari jamaah dan Pemerintah Thailand. "Biaya perawatan masjid banyak berasal dari amal jariyah dan rutin dari Pemerintah setiap tahun," tutup dia.
Halaman 2 dari 3
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini