"Tingkatkan kearifan. Baik dari Papua, Jakarta, (kedepankan) arif semua. Papua ini masuk ke Indonesia itu kan bukan tahun 1945. Jadi tidak sama dengan Aceh, tapi belakangan. Itu yang harus dipahami. Jadi harus ada pendekatan di samping sosial ekonomi, tapi juga psikoantropologis. Itu yang kurang selama ini. Papua harus diselamatkan," kata Buya Syafii setelah mendampingi kunjungan Wakil Presiden Jusuf Kalla di Padang, Selasa (3/9/2019).
Buya Syafii menjelaskan, pendekatan psikoantropologis yang dimaksudkannya ialah memahami kondisi masyarakat dari asal-usul masyarakat, kultur, hingga tingkat pendidikan masyarakat Papua. Dia mengatakan pendekatan ini mesti dilakukan agar penanganan konflik dapat dilakukan secara menyeluruh.
Mantan Ketum PP Muhammadiyah ini mengatakan penyelesaian permasalahan juga mesti didasari pada kearifan lokal dan nasional. Soal ada pihak yang menunggangi kerusuhan, menurutnya, tidak akan berhasil selama Indonesia kuat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Wacana referendum sepat dilontarkan dalam aksi-aksi yang digelar masyarakat Papua. Terkait hal tersebut, anggota Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) ini mengatakan dialog yang dilakukan pemerintah pusat dan Pemerintah daerah Papua dan Papua Barat harus terus memperhatikan kearifan lokal dan nasional.
"Harus saling memberi dan menerima. Dan tingkatkan kearifan lokal dan kearifan nasional," ujar Buya Syafii. (jbr/jbr)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini