Megawati soal Polusi Jakarta: Katanya Udah Paling Tinggi, Kan Malu Ya

Laporan dari Seoul

Megawati soal Polusi Jakarta: Katanya Udah Paling Tinggi, Kan Malu Ya

Herianto Batubara - detikNews
Rabu, 28 Agu 2019 22:50 WIB
Megawati Soekarnoputri (Herianto Batubara/detikcom)
Seoul - Ketua Umum PDI Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri kembali menyampaikan pandangan terkait pemindahan ibu kota negara ke Kalimantan Timur, juga nasib Kota Jakarta. Terkait Jakarta, dia berharap penataan harus dilakukan dalam segala aspek agar permasalahan, seperti kemacetan, banjir, hingga polusi udara, nantinya bisa diselesaikan hingga tuntas.

Megawati menilai pemindahan ibu kota adalah hal yang sangat strategis. Karena itu, menurutnya, penting dilakukan kajian dan pendalaman, bukan hanya sekadar omongan-omongan. Dia berpendapat Jokowi perlu membentuk suatu tim.

"Untuk saya, hal-hal yang sangat strategis, penting, ini harus didalami. Artinya, bukan berarti hanya dengan omongan-omongan saja. Tapi harus dibentuk, saya nggak tahu, karena Presiden (Jokowi) yang harus membentuk. Apakah sebuah tim atau sebuah yang besar lagi, untuk bagaimana pendalaman memindahkan ibu kota," kata Megawati kepada wartawan di Lotte Hotel, Seoul, Korea Selatan, Rabu (28/8/2019).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT



Megawati sebelumnya bicara soal kemungkinan mencontoh model ibu kota baru Indonesia dari sejumlah negara lain. Misalnya Canberra di Australia, Washington, DC, di Amerika Serikat, atau Putra Jaya di Malaysia, dan lainnya.

"Nah, hal-hal seperti ini saya kira, kita serius saja dengan pendalaman itu. Jadi tentu termasuk Jakarta, apakah menjadi sebuah kota, apakah posisinya untuk ekonomi saja, sebagai kota perdagangan, itu kan mesti dikaji. Karena nanti ada kajian secara administrasi, teori, juga pelaksanaan di lapangan," jelas Megawati.



Megawati menegaskan semua pernyataannya tersebut bukan berarti dirinya tidak setuju dengan Presiden Jokowi memindahkan ibu kota. Dia hanya menyampaikan masukan-masukan yang bersifat konstruktif demi kebaikan bangsa ke depan.

"Kritik itu boleh, tapi yang membangun. Saya tidak ada kritik saya, atau kata-kata saya, oh jangan atau tidak setuju. Beda loh. Saya mengatakan itu hal yang positif. Kalau kita lihat Jakarta (sudah, red) terlalu crowded," ujar Megawati.

Megawati berpandangan Jakarta saat ini memang sudah terlalu banyak memiliki persoalan. Satu hal yang dia contohkan adalah kemacetan. Megawati mengatakan, saat menjabat presiden ke-5 RI, dia pernah meminta dilakukan studi soal jumlah kendaraan di Jakarta pada 2025 dan jumlah panjang jalan yang harus dibangun.

"Ternyata tidak akan bisa menyusul antara jumlah kendaraan dan panjang jalan. Itu satu," kata presiden ke-5 RI ini.



Lalu, lanjut Megawati, banjir juga masih menjadi persoalan di Jakarta. Menurutnya, ini nantinya bisa diselesaikan ketika dibuat tata ruang yang konsekuen dan berkomitmen saat dijalankan. Jika tidak, menurutnya, mustahil persoalan ini bisa diatasi.

"Sebagai sebuah contoh, dulu waktu saya di DPR, Karawang-Bekasi itu benar-benar sentra padi. Waktu di DPR, kami PDIP selalu, bisa nggak dijadikan perkotaan. Karena sejak zaman Belanda, daerah ini tidak pernah disentuh oleh Belanda, karena berakibat, eksesnya berakibat politik. Hal-hal ini yang saya maksud pendalaman," jelasnya.

Megawati kemudian juga menyinggung soal Jakarta yang sedang berkutat dengan tingginya polusi udara. Menurutnya, ada sejumlah faktor yang mempengaruhi, termasuk banyaknya kendaraan. Karena itu, dia berharap nantinya Jakarta juga kembali ditata dengan sebaik-baiknya dengan visi jangka panjang.

"Ya bayangkan saja, sekarang jumlah kendaraan... itu kan pilihannya, keputusan politik itu sebuah pilihan. Artinya, saya dengar tadinya kan mau digantikan gas (dari) bensin, terus sekarang ada ide dengan (mobil, red) listrik. Menurut saya, itu harus segera diputuskan, lalu pelaksanaannya bagaimana. Harus bisa mengimbangi, polusi yang katanya, kan malu ya, katanya udah paling tinggi lho," ucap Megawati.
Halaman 2 dari 2
(hri/knv)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads