Yang Hengjun, mantan diplomat China yang beralih profesi sebagai jurnalis dan blogger, ditahan di selatan kota Guangzhou sambil menunggu pemindahannya ke Shanghai, setelah terbang dari New York. Dia kemudian dipindahkan ke ibu kota Beijing.
"Dr Yang telah ditahan di Beijing dalam kondisi yang kasar tanpa tuduhan selama lebih dari tujuh bulan," Kata Menteri Luar Negeri Australia Marise Payne dalam sebuah pernyataan seperti dilansir, Reuters, Selasa (27/8/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berbicara di Beijing, juru bicara Kementerian Luar Negeri China Geng Shuang mengkonfirmasi penangkapan resmi Yang pada hari Jumat atas dugaan spionase dan mengatakan kepada Australia untuk mundur.
"China sangat tidak puas dengan pernyataan Australia tentang kasus ini. Saya ingin menekankan bahwa China adalah negara dengan aturan hukum, dan Australia harus sungguh-sungguh menghormati kedaulatan peradilan Tiongkok dan tidak ikut campur dalam penanganan kasus China sesuai dengan hukum dengan cara apa pun, "katanya.
Geng menambahkan kasus ini tengah diproses dan Yang dalam kondisi sehat dengan hak-haknya dijamin penuh.Pemerintah China tidak mengizinkan Yang bertemu dengan pengacara atau keluarganya sejak penahanannya. Namun, pejabat kedutaan Australia telah mengunjungi Yang tujuh kali sejak Januari.
Pengacara Yang, Robert Stary, mengatakan kliennya menghadapi satu tuduhan spionase yang telah dibantah. Dia juga tidak mengetahui dasar dari tuduhan itu.
"Kami tidak tahu misalnya, apakah itu sebagai konsekuensi dari tulisannya sebagai aktivis demokrasi atau blogger atau akademisi," kata Stary kepada Reuters.
"Dia menghabiskan waktu yang lama di AS Jadi kita tidak tahu apakah itu dianggap dia memata-matai untuk Australia atau AS atau Taiwan atau siapa pun itu, jika itu dugaan." lanjutnya.
Stary ingin pemerintah Australia mendorong pembebasan Yang jika tidak ada bukti lain terkait tuduhan itu selain fakta bahwa dia adalah seorang aktivis prodemokrasi.
"Kami memiliki keprihatinan serius tentang sistem peradilan pidana buram China di mana tersangka menghadapi perlakuan yang mengerikan," kata direktur Human Rights Watch Australia, Elaine Pearson, dalam sebuah pernyataan.
Feng Chongyi, seorang akademisi di University of Technology di Sydney, mengatakan tuduhan terhadap temannya itu sangat serius.
"Benar-benar keterlaluan mereka tidak dapat memberikan bukti untuk tuduhan bermotivasi politik ini," kata Feng kepada Reuters.
Meskipun tulisan Yang baru-baru ini sebagian besar menghindari politik Cina, ia menjadi terkenal pada awal 2000-an ketika ia mendapat julukan 'penjaja demokrasi'.
"Cina telah berupaya untuk menekan upaya demokrasi. Ini adalah pesan yang jelas menentang upaya-upaya itu," kata Alex Joske, seorang analis di International Cyber Policy Center, sebuah lembaga think-tank. (eva/gbr)