Direktur Walhi Sumut Dana Tarigan menyatakan ada beragam jenis binatang dan tumbuhan langka yang hidup di ekosistem Batang Toru. Kawasan itu mencakup lahan seluas 168.658 hektare (ha) yang terbagi dalam tiga daerah, yakni Kabupaten Tapanuli Tengah, Tapanuli Selatan, dan Tapanuli Utara.
"Ada ancaman sekaligus tantangan, yakni minimnya data dan informasi potensi dan kendala di kawasan tersebut. Adanya aktivitas izin kontrak karya pertambangan Agincourt Resources, lemahnya komunikasi dan koordinasi lintas sektor, serta hilangnya habitat satwa penting yang dilindungi," kata Tarigan kepada wartawan di Medan, Selasa (27/8/2019).
Baca juga: Puluhan Ruko di Batangtoru Sumut Terbakar |
Dikatakannya, kawasan ini memiliki nilai ekologis dan ekonomi yang penting sebagai daerah tangkapan air, serta untuk mencegah banjir, erosi, maupun tanah longsor. Masalahnya, saat ini ada ancaman terhadap kelestarian ekosistem tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Terkait dengan keberadaan satwa orang utan Tapanuli yang diperkirakan tinggal 800 ekor, Tarigan menyatakan hal itu merupakan salah satu potensi masalah yang harus diantisipasi. Kesalahan dalam pengelolaan hutan itu bisa berimbas punahnya satwa langka tersebut.
Maka itu, Walhi mengajak seluruh kalangan bersama membantu penyelamatan ekosistem ini. Mereka pun mengkritik keterlibatan dunia pendidikan dan organisasi lingkungan yang terkesan mendukung percepatan perusakan bentang alam di kawasan hutan Batang Toru. (fdu/fdu)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini