Prosesi pernikahan kedua benda ini juga terbilang unik, mengingat setiap perwakilan tiap RT di Pedukuhan tersebut harus mengajukan lamaran kepada tokoh masyarakat yang menjadi wali dari lumpang bernama Nyi Tentrem.
Lamaran itu berupa alu yang dikirab menuju lokasi keberadaan lumpang. Setelah menjalani seleksi, nantinya akan terpilih sebuah alu yang menjadi pasangan Nyi Tentrem.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam kirab tersebut, warga turut membopong sebuah tandu berisi hasil bumi, makanan, hewan ternak dan benda berukuran panjang menyerupai alu. Setelah menempuh perjalanan sejauh 3,5 kilometer, warga kembali ke pinggir persawahan yang menjadi lokasi keberadaan lumpang Nyi Tentrem.
Sesampainya di lokasi tersebut, perwakilan dari masing-masing RT melamar lumpang Nyi Tentrem. Terdengar negoisasi disertai gelak tawa antara perwakilan RT dengan tokoh masyarakat yang menjadi wali nikah dari lumpang tersebut.
Setelah menjalan seleksi, ternyata tiga dari empat alu yang dibawa perwakilan RT berisi makanan seperti lemper dan ketan. Sedangkan salah satu alu ada yang benar-benar terbuat dari kayu, setelah memastikan pasangan lumpang tersebut, maka alu yang memiliki panjang sekitar 2 meter ini dipasangkan dengan lumpang Nyi tentrem.
Panitia Daup Alu, Joko Sulistyo menjelaskan, bahwa lumpang tersebut ditemukan di Sungai buntung pada tahun 1960-an. Setelah penemuan itu, warga berupaya memindahkan lumpang tapi tidak kunjung berhasil.
"Tahun 1960-an itu sempat dinaikkan tapi kembali terus (ke Sungai Buntung). Akhirnya setelah beberapa waktu lumpang itu berhasil dipindah," katanya saat ditemui di Pedukuhan Onggopatran, Desa Srimulyo, Kecamatan Piyungan, Kabupaten Bantul, Minggu (18/8/2019).
![]() |
Seiring berjalannya waktu, warga ingin memindahkan lumpang tersebut di sebuah tempat khusus. Akhirnya, 40 hari lalu warga melaksanakan acara boyong lumpang ke tempat barunya berupa pendopo kecil di pinggir sawah.
"Dalam pemahaman Jawa, lumpang adalah simbol yoni atau perempuan, dan warga menilai lumpang itu sudah dewasa sehingga perlu dinikahkan. Karena itu kita adakan sayembara untuk melamar sebagai alunya," katanya.
Terkait makna pernikahan antara lumpang Nyi Tentrem dan Alu Ayem, sebenarnya ia ingin membuat pemahaman agar warga tergugah untuk merawat alat-alat pertanian. Mengingat sebagian besar warga Pedukuhan Onggopatran berprofesi sebagai petani.
"Lumpang dan alu itu kan benda fungsional dan digunakan untuk kelangsungan hidup, karena bisa merubah gabah menjadi beras. Selain itu, untuk memaknainya kita akan merawat lumpang itu tadi dengan mencarikan aku sebagai pasangannya," ujarnya.
Karena itu, Joko menyebut pernikahan Daup Alu ini bukanlah pernikahan layaknya manusia, namun lebih kepada mengingatkan manusia untuk merawat benda yang bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari.
"Jadi proses lamaran itu memang sengaja ada membentuk ketan dan menata lemper menyerupai alu, karena yang benar-benar alu dari kayu sudah kami siapkan," katanya.
"Nantinya, untuk perwakilan yang tidak lolos seleksi, makanan yang dibawa akan dimakan ramai-ramai oleh warga," imbuh Joko.
![]() |
Joko melanjutkan, setelah pernikahan lumpang dan alu tersebut selanjutnya akan menjadi monumen khusus untuk menarik wisatawan. Mengingat Pedukuhan Onggopatran merupakan Desa rintisan wisata.
"Setelah setahun menikah akan ada sayembara lagi. Jadi daup alu ini berkelanjutan," ucapnya. (sip/sip)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini