Kapolres Tangsel AKBP Ferdi Irawan membuat sejumlah catatan terkait peristiwa ini. Salah satunya terkait pelatihan Paskibra yang dinilai perlu dievaluasi.
"Barangkali yang perlu diperbaiki, yang sifatnya pembinaan oleh senior PPI, yang dirasa berlebihan untuk meningkatkan disiplin para siswa ini, ini yang perlu kita perbaiki. Mungkin tidak perlu ada lagi sikap push-up yang membuat tangan hitam," kata AKBP Ferdi Irawan dalam jumpa pers di Mapolres Tangsel, Selasa (13/8/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Benar bahwa ditemukan bekas hitam di tangan, itu memang karena pembinaan disiplin untuk meningkatkan fisik dan mental mereka, adanya hukuman secara bersama-sama, berupa push-up, berlari," katanya.
Berdasarkan keterangan para peserta latihan Paskibra, mereka mendapatkan pelatihan dan pembinaan yang cukup berat. Hal ini juga menjadi perhatian polisi agar ke depan pelatihan yang memberatkan para siswa untuk diubah.
"Berdasarkan keterangan para siswa Paskibra ini, mereka mengikuti pelatihan ini sudah memerlukan kondisi fisik harus prima, kemudian ditambah pembinaan berupa disiplin, berupa lari bersama, atau push-up, dimarahin, atau tugas tambahan di rumah menulis diary. Pola-pola pembinaan ini, kalau dilihat dari kacamata anak seumuran 15-16 tahun yang tidak sekuat orang dewasa, menurut kami akan sangat menguras fisik dan energi siswa Paskibra. Ini yang menurut kami perlu perubahan," paparnya.
Meski pelatihan bukan menjadi hal yang mengakibatkan korban meninggal, Kapolres menyarankan adanya evaluasi dalam pola pembinaan calon anggota Paskibraka.
"Jadi pola disiplin, seperti disuruh berlari dan lain-lain, itu pola pembinaan PPI kepada para calon Paskibra untuk meningkatkan fisik dan mental. Kalau hal itu boleh atau tidak, mungkin itulah yang harus kita evaluasi. Perlu saya tegaskan bahwa meninggalnya Aurel bukan karena dia diberi pembinaan disiplin berupa push-up mengepal, lari, ataupun yang lainnya," imbuhnya.
Rekomendasi polisi ini sejalan dengan permintaan orang tua Aurel. Sebelumnya, orang tua Aurel meminta agar pembinaan yang kurang baik dihilangkan.
"Secara resmi tadi sudah ada pertemuan dengan orang tua Aurel, dihadiri Kak Seto, Ibu Wali Kota, kemudian para pelatih Paskibra, ini penyampaian dari orang tua, bahwa pertemuan tadi bukan untuk mencari siapa yang salah dan bertanggung jawab. Tapi permohonan dari orang tua Aurel agar hal-hal yang masih kurang baik dalam pembinaan ini bisa disempurnakan dan dihilangkan sehingga Paskibra yang mengikuti pelatihan tidak ada yang mengalami kejadian seperti yang dialami Aurel," tuturnya.
Dihubungi secara terpisah, Ferdi mengatakan pihaknya memberikan sejumlah rekomendasi ke Pemkot Tangsel terkait pelaksanaan pembinaan Paskibraka. Salah satunya agar para peserta tidak dibebani tugas-tugas di luar pelatihan yang tidak ada relevansinya dalam upaya meningkatkan ketahanan fisik dan disiplin.
"Contohnya ada beberapa pola pembinaan pelatihan senior ke calon Paskibraka, ada beberapa yang perlu diperbaiki, seperti beri tugas pelatihan untuk baris-berbaris, ternyata dapat tugas tambahan nulis lagi di diary, itu kan menguras fisik mereka, karena malamnya harus nulis diary. Kemudian hukuman gara-gara nggak ada yang tulis diary terus dirobek, terus tulis ulang lagi, ini kan sebenarnya nggak ada kaitannya sama Paskibaraka. Kemudian disuruh jalan jongkok," tuturnya.
Ferdi juga menyoroti salah satu bentuk pelatihan di mana calon anggota Paskibraka disuruh berlari sambil membawa beban di dalam tas ransel. Untuk itu, Ferdi menyarankan adanya pengkajian ulang dalam proses pembinaan Paskibraka.
"Keterangan itu ada, maka itu perlu dikaji apakah perlu diperlukan, apakah relevansinya dengan Paskibra, ini rekomendasi dari kita agar pembentukan Paskibraka menggunakan metode yang tepat, tetapi bukan berarti pola-pola pembinaan itu yang mengakibatkan korban meninggal," tandasnya.
Tonton Video KPAI Minta Walkot Tangsel Tanggung Jawab atas Kematian Paskibra AQ:
(mei/mei)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini