Festival adat dan budaya untuk perdamaian yang digelar pada Selasa (6/8/2019) itu bertujuan untuk mengangkat nilai-nilai tradisi dalam budaya di masyarakat sebagai penggerak utama memajukan daerah dan desa dalam pembangunan dengan mengutamakan kearifan lokal, kerukunan dan perdamaian.
"Kegiatan ini adalah ragam entitas masyarakat yang mesti di restorasi, dikembangkan dan dilaksanakan secara berkesinambungan karena acara festival adat dan budaya bukan sekedar seremonial belaka. Kegiatan ini mesti dijadikan momentum untuk membangkitkan semangat persatuan dan kesatuan" kata Sesditjen PDTU Kemendes PDTT Sugito dalam keterangan tertulis, Rabu (7/8/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sugito menjelaskan kegiatan ini dapat dijadikan sebagai sumber inspirasi yang turut menentukan keberhasilan penyelenggaraan pemerintahan desa. Sebagai wahana untuk melestarikan nilai-nilai adat istiadat dan budaya, ajang ini menjadi kohesi antar suku bangsa di dalam negara kesatuan republik Indonesia.
"Undang-undang nomor 7 tahun 2012 tentang penanganan konflik sosial, menegaskan bahwa upaya penanganan konflik sosial di Indonesia dilakukan melalui pendekatan pranata adat dan kearifan lokal. Demikian juga undang-undang nomor 6 tahun 2014 tentang desa, yang menempatkan seluruh elemen masyarakat desa adalah pemegang kedaulatan dalam menentukan arah dan kebijakan pembangunan desa melalui musyawarah mufakat. Pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa harus melibatkan semua elemen masyarakat, baik pemerintah desa, tokoh masyarakat, tokoh adat, pemuka agama, pemuda dan masyarakat desa" imbuhnya.
Wakil bupati Ende Djafar H. Achmad mengatakan tema festival budaya untuk perdamaian di Kabupaten Ende ini adalah "Ende Ku Satu, Ende Ku Damai, di Bumi Pancasila Ini Damaiku untuk Nusantara". Tema ini mengandung arti dan makna untuk merefleksi, memahami dan menyelami secara mendalam, tentang misteri dan sejarah perjuangan sang proklamator Bung karno, pada tahun 1934 ketika di asingkan ke Ende yang memperoleh ilham dan menemukan 5 butir mutiara Pancasila di Kota Ende ini, sebagai perekat dan pemersatu bangsa Indonesia.
"Karena itu, saya minta seluruh masyarakat kabupaten Ende untuk pelihara, jaga dan pertahankan kondisi daerah yang aman dan damai ini, agar tidak di donai oleh siapapun, dan lawan jika ada yang mencoba untuk merusak tatanan persaudaraan, toleransi kerukunan umat beragama dan persatuan yang terbina selama ini," katanya.
Dalam kegiatan festival pranata adat dan budaya kabupaten Ende ini menampilkan parade budaya nusantara, tarian kolosal, medley lagu-lagu Ende, pementasan teater Indonesia Tanah Air Beta, deklarasi damai, pementasan tarian pesona Flores, doa bersama lintas agama, orkestra sato, pemukulan gong perdamaian dan tarian tradisional gawi massal.
Kegiatan festival pranata adat dan budaya menghadirkan segenap unsur dan tokoh di daerah seperti dari forum komunikasi pimpinan daerah (Forkopimda), tokoh agama, tokoh adat dan tokoh perempuan, tokoh organisasi pemuda dan masyarakat.
Untuk mengetahui informasi lainnya dari Kemendes PDTT klik di sini. (prf/ega)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini