"Kami meminta Presiden Jokowi bersuara terkait kejadian ini. Di mana gerangan negara saat buku sebagai produk intelektual dirazia?" kata Direktur MIWF Lily Yulianti Farid kepada detikcom, Selasa (6/8/2019).
Dia menilai aksi yang dilakukan BMI ini menjadi kemunduran bagi dunia literasi. Apalagi telah ada aturan yang ditetapkan soal mekanisme razia buku.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lily mengaku belum pernah mendengar kelompok bernama Brigade Muslim Indonesia. Hal yang menarik, lanjut Lily, salah satu buku yang dirazia seperti yang ditunjukkan dalam video yang telah beredar luas adalah karya Franz Magnis-Suseno berjudul 'Pemikiran Karl Marx: Dari Sosialisme Utopis ke Perselisihan Revisionisme'. Isi buku itu justru mengkritik Marxisme. Hal itu menunjukkan kelompok tersebut tak paham isi buku yang mereka razia.
"Buku Franz Magnis-Suseno itu yang justru mengkritik ajaran komunis, Marxisme, dan Leninisme," jelasnya.
MIWF bukan hanya kali ini menyatakan sikap terhadap upaya kemunduran literasi dari pihak mana pun. Pada razia dan pelarangan buku sejak 2016, bertepatan dengan MIWF ke-6, ribuan orang di Makassar juga turut mengecam.
"Tahun 2016 kami melakukan gerakan simbolis mengacungkan buku ke angkasa di malam penutupan. Saat itu marak pelarangan buku dan diskusi. Apa yang kami lakukan saat itu relevan lagi untuk konteks Makassar hari ini," kata Lily.
Lily meminta pihak mana pun menghormati kebebasan berkumpul dan berpendapat.
Tonton video 4 Pria Razia Buku di Toko Buku di Makassar:
(fiq/asp)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini