Rektor UIN Sunan Kalijaga Kritik Menristekdikti

Rektor UIN Sunan Kalijaga Kritik Menristekdikti

Usman Hadi - detikNews
Senin, 05 Agu 2019 19:56 WIB
Foto: Usman Hadi/detikcom
Yogyakarta - Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta, Yudian Wahyudi, mengkritik pernyataan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti), M Nasir, yang menyebut profesor tua manfaatnya kecil untuk negara.

"Saya sedang mengkritik Menristekdikti yang mengatakan ya 'kalau profesor tua itu manfaatnya untuk negara kurang'. Ini sangat berbahaya statement (M Nasir)," ujar Yudian kepada wartawan di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Senin (5/7/2019).

Yudian menilai pernyataan M Nasir tak beretika. Menurutnya, M Nasir tak mengetahui bahwa orang berilmu yang bertambah usianya maka akan semakin matang keilmuannya "Dia tidak ngerti bahwa ilmu itu semakin tua semakin bagus," paparnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Yudian lalu bercerita karir akademiknya. Sebelum pulang ke Indonesia Yudian sudah pernah mengajar di Harvard University, sudah menulis berbagai karya ilmiah, menerjemahkan sejumlah karya dan menerbitkan 53 buku berbahasa asing ke Indonesia.

"Saya pernah (mengajar) di Harvard, menjadi profesor di Amerika, tapi saya katakan di depan, lima tahun setelah saya pulang dari Amerika itu saya belum punya pikiran orisinal... Pak, kalau cuma ngutip-ngutip itu gampang," sebutnya.

Menurut Yudian, statement M Nasir yang menyebut profesor tua manfaatnya kecil untuk negara keluar karena yang bersangkutan tidak mengerti persoalan. Ia pun menantang secara terbuka.

"Maka saya tantang betul ya, demi Republik lho bukan demi Yogya, jangan salah bapak-bapak. Demi Republik ini, soal akademik. Kalau M Nashir itu lebih dulu terbit di jurnal dalam bidang masing-masing, jurnalnya lebih hebat dari saya dan pengaruhnya lebih hebat dari punya saya, saya turun dari rektor," tegasnya.

"Saya berbicara sebagai ototiras, bukan sebagai power, saya profesor, saya tidak terima dibegitukan. Bukan saya orang tua, enggak," sambung Yudian.

Yudian mengingatkan bahwa mencari ilmu tidak boleh dilakukan dengan tergesa-gesa. Menurutnya, tidak masalah apabila kader muda didorong untuk cepat menjadi doktor maupun profesor, asal tak mendiskreditkan profesor yang sudah berusia lanjut.

"Bahwa dalam bidang ilmu kita tidak boleh tergesa-gesa. Boleh siapkan kader semuda-mudanya, monggo (silakan) ya," tuturnya.

"Silakan itu, tapi jangan menyebut orang tua kurang manfaatnya untuk negara ya. Itu yang saya keberatan," pungkas Yudian.

Sebelumnya, M Nasir usai menghadiri pengukuhan Agus Hermanto sebagai guru besar Universitas Negeri Semarang (Unnes) menyebut bahwa jumlah profesor di Indonesia masih kurang dan banyak profesor yang sudah berusia lanjut.

"Jumlah masih sangat terbatas, masih sekitar 5.500. Kita mau tambah lagi (profesor) karena sudah tua semua. Saya harap usia 35 atau 40 sudah profesor. Kalau tua itu manfaat untuk negaranya kecil," kata M Nasir, Rabu (24/7/2019).

(ush/bgs)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads