"Semua potensi gempa bumi sudah kami simulasikan apabila gempanya di Nias, di Mentawai, Enggano, semua sudah kita modelkan. Tentunya kami juga membaca hasil para pakar kekuatannya di sana diprediksi, misalnya di Mentawai M 9,0 terus kami buat sebuah modelling kira-kira tsunaminya di situ tingginya berapa, waktu tibanya tsunami sampai ke Padang berapa, termasuk di daerah yang lain," ujar Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami Rahmat Triyono di kantor BMKG, Kemayoran, Jakarta Pusat, Sabtu (3/8/2019).
Baca juga: BMKG Ingatkan Ancaman Nyata Sunda Megathrust |
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Upaya yang kami lakukan untuk mitigasi yaitu memberikan penjelasan kepada kabupaten/kota yang terdampak misalnya saat tsunami terjadi ini loh waktu tiba tsunami di kabupaten Bapak/Ibu waktu tibanya 20 menit, misalnya. Sehingga waktu yang sisa itulah yang bisa dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk upaya mitigasi dengan melakukan evakuasi," jelasnya.
Dia pun menyatakan peringatan dini yang paling baik adalah kesadaran masyarakat yang tinggal di suatu wilayah. Menurutnya, warga tak perlu menunggu peringatan dari BMKG untuk mengevakuasi diri jika gempa terjadi.
"Tentunya sebaik-baiknya sebuah peringatan dini adalah kesadaran masyarakat itu sendiri untuk merespons melakukan evakuasi mandiri tanpa harus menunggu warning dari BMKG, dari pemerintah. Begitu Anda lagi di pantai dan merasakan guncangan kuat, itu harus dijadikan warning untuk menjauhkan diri dari pantai mencari tempat tinggi, sambil mencari informasi apakah gempa ini berpotensi tsunami atau tidak, kalau tidak, ya bisa kembali masing-masing, kalau berpotensi tsunami kan tentunya sudah ada aksi," tuturnya.
Simak Video "Jejak Kerusakan Akibat Gempa M 6,9 di Pandeglang"
(eva/haf)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini