''Terpaksa ambil air di sungai, air sudah tidak ada lagi, air di sumur juga sudah pada kering karena kemarau. Biasanya kalau sudah kekeringan begini untuk mandi, mencuci, masak pakai air sungai ini, walau airnya keruh mau tidak mau karena air tidak ada lagi,'' kata warga RT 15 Desa Nyogan, Herman, kepada detikcom, Jumat (2/8/2019).
Kekeringan yang melanda Desa Nyogan itu dampak atas musim kemarau. Sudah hampir 1,5 bulan hujan tidak turun hingga menyebabkan sumur-sumur mengalami kekeringan. Meski demikian, Herman mengatakan tidak semua warga di Desa Nyogan yang mengkonsumsi air sungai untuk kebutuhan mereka sehari-hari.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Desa Nyogan ini memiliki 16 RT. Dari beberapa RT yang ada, hanya di RT 15 dan RT 02 yang saat ini tengah mengalami krisis air bersih. Bahkan ada dari mereka yang beralih ke sumur bor agar dapat menikmati air bersih. Namun air sumur bor yang mereka dapat malah berbau dan agak sedikit kotor selama musim kemarau.
"Dari 2 RT itu kan jumlahnya 120 KK, semuanya sudah pada kekeringan. Tetapi dari warga kita ini kan ada yang memiliki sumur bor, namun tidak semuanya yang mampu memakai sumur bor karena biaya mahal. Apalagi rata-rata warga di RT itu pekerjaannya adalah nelayan jadi tidak semuanya mampu menggunakan sumur bor, yang tidak punya sumur bor terpaksa gunakan air sungai untuk kebutuhan sehari-hari. Hanya saja, sejak kemarau ini, air sungai itu sudah mulai keruh dan agak sedikit berbau lumpur,'' ujar Indra Kepala Dusun Nyogan.
Ia bahkan berharap Pemerintah Provinsi Jambi ataupun Pemkab setempat dapat mengatasi kekeringan air tersebut agar masyarakat yang mengalami krisis air bersih dapat teratasi. Ia juga meminta supaya bantuan air bersih terus dilakukan ke Desa Nyogan ini agar semua warga yang mengalami kekeringan air dapat terpenuhi. (idn/idn)