Dusun Glagah, Desa Dukuh, Kecamatan Tangen, Sragen, merupakan salah satu wilayah yang mengalami krisis air terparah. Hujan yang tidak kunjung turun, membuat sumur warga mengering dalam 2 bulan terakhir.
Warga kini memanfaatkan dasar Sungai Glagah yang berlokasi di tengah desa mereka. Sungai yang mengering digali dasarnya untuk mendapatkan air. Lubang dibuat dengan diameter 50 cm, dengan kedalaman tak sampai satu meter.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Warga biasa menyebut lubang-lubang di dasar sungai tersebut sebagai belik. Dari belik-belik inilah warga menggantungkan pasokan air untuk kebutuhan harian mereka.
"Lumayan untuk menyokong (kebutuhan) harian. Soalnya air dari sumur juga sudah tidak bisa diharapkan. Sumber air lain juga jauh jaraknya," terang Samto sambil menunjukkan salah satu belik yang dibuatnya.
Hal senada diungkapkan warga lain, Yadin. Dirinya juga terpaksa mengambil air dari belik, karena sumur miliknya mengering. "Airnya memang agak keruh. Biasanya kita diamkan dulu semalam, baru bisa digunakan untuk kebutuhan. Baik memasak maupun mencuci," ujarnya.
![]() |
Menurut Yadin, kekeringan sudah biasa terjadi di daerah tersebut setiap musim kemarau tiba. "Memang sudah ada droping air dari Pemkab. Namun kita berharap solusi yang lebih permanen," kata Yadin.
Ditemui terpisah, Kaur Umum Desa Dukuh, Ahmad Harun, mengatakan saat ini sedikitnya ada 1.500 keluarga yang mengalami krisis air. Terdapat tiga wilayah kebayanan yang terdampak paling parah, yakni kebayanan Glagah, Dukuh dan Sugihan.
"Setiap tahun memang langganan kekeringan. Kita berharap dibuatkan sumur dalam, agar warga tidak selalu mengandalkan bantuan droping air," ujarnya.
![]() |