Lahir 39 tahun lalu, Apep menghabiskan masa remajanya dengan menjadi seorang berandal. Akibat kenakalan remaja yang kerap dilakukannya, ia pun akhirnya dijebloskan ke bui.
Keluar dari penjara, membuat sang ayah terpaksa menitipkan Apep ke adiknya untuk dididik sekaligus berdagang daging di Pasar Sederhana, Kota Bandung pada tahun 2000 lalu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada 2003, Apep kemudian nekat untuk menyewa jongko sendiri. Ia mendapatkan stok daging dari koleganya, usahanya berjalan dengan cepat.
"Saat sukses sedikit itu saya mulai merasa tinggi hati, karena mendapatkan penghasilan yang lumayan, akhirnya saya terperosok lagi ke dunia kelam," kata Apep.
Usaha yang dibangun Apep akhirnya hancur, terlebih ketika itu harga karkas naik hingga pesanan untuk daging tak tertutup. Ia pun mencoba menjual sapi per ekor namun malah merugi karena keliru menafsir harga.
Foto: Yudha Maulana |
"Saat itu saya belum punya kandang, nekat saja, akhirnya saya terpaksa memasukkan sapi itu ke dalam rumah, tinggal bersama saya dan anak. Sapi saya simpan di dapur," ucap Apep.
Kehidupan itu ia lakoni selama dua tahun. Sampai akhirnya ia memenangkan kontes ternak. Ia pun mencoba peruntungan dengan menjual hewan kurban.
"Dari sana saya mulai termotivasi untuk mengembangkan peternakan," katanya.
Usaha suplai sapi Apep mulai berjalan ketika ia bertemu dengan pengusaha pembibitan sapi perah betina di Sukabumi. "Saya suplai ratusan ekor, tapi karena perusahaannya bangkrut, akhirnya saya yang menutupi pemesanannya, dan berlanjut hingga sekarang," katanya.
Selama menjalankan usaha ternak, Apep pernah merugi hingga ratusan juta. Mulai dari sapi yang mati saat pengiriman, hingga ditipu orang. Saat ini, di peternakannya ada 150 ekor sapi berbagai jenis. Ia biasa mengirimkan ratusan sapi ke berbagai wilayah di Indonesia.
"Kalau lagi musim kurban begini bisa kirim 500 ekor, dengan harga mulai dari Rp 20 juta," katanya.
Foto: Yudha Maulana |
Raja, seekor sapi milik Apep sempat diminati Presiden Joko Widodo untuk kurban. Namun sapi yang memiliki bobot hampir satu ton itu telah terpesan sebelumnya oleh orang lain dengan harga Rp 65 juta.
Raja merupakan sapi jenis simmental yang berusia 2,5 tahun. Sapi ini memiliki tinggi sekitar 170 centimeter dan panjang sekitar 2,5 meter. Apep merawat sapi tersebut saat usianya masih beberapa bulan.
"Awalnya ikut kontes, kemudian saya didatangi oleh orang dinas, sapi ini dilirik, tapi karena sudah ada yang booking lebih dulu, jadinya tidak dikasih," ujar Apep.
Walau sapinya tak jadi dibeli presiden, namun ia merasa bangga sapi miliknya sempat dilirik. "Saya berharap ke depannya Bapak Presiden bisa beli dari kita, peternak kecil," katanya. (tro/tro)












































Foto: Yudha Maulana
Foto: Yudha Maulana