"Kita jangan ketinggalan teknologi, jadi modernisasi oke. Tapi saya kira tradisional jangan ditinggalkan. Saya ambil contoh untuk Indonesia paling bagus itu Bali ya," kata Sukmawati di acara Focus Group Discussion (FGD) Divisi Humas Polri bertajuk 'Komunikasi: Memajukan Pendidikan, Menguatkan Kebudayaan' di Hotel Grandkemang, Jakarta Selatan, Kamis (25/7/2019).
"Bali itu anak mudanya tahu soal modernisasi, fashion juga, rambut warna warni, terus jeans-nya yang robek-robek. Tapi mereka kalau pakai kain, it's oke, nggak minder," sambung Sukma.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia menuturkan kaum muda Jawa lebih terkesan minder dengan kebudayaannya. Sukma merasa tak pernah melihat kaum muda di Jawa melakukan kegiatan sehari-hari dengan kain tradisional.
"Lain sama orang Jawa ya. Saya punya anak ya, 'Kamu kenapa sih nggak pakai kain?", sekali-kali pakai kainlah atau belangkon. It's nice. Tapi orang Jawa tuh kaya minder ya, nggak mau. Jadi kita tidak pernah lihat di jalanan orang Jawa berkain, pakai ikat kepala. Kalau anak Bali itu modern atau tradisional oke," ucap dia.
Soal pendidikan, Sukma mengingatkan kolonialisme di Indonesia telah membuat bangsa ini bodoh. Pada 1945, hanya 2 persen dari masyarakat yang menjadi kaum intelektual.
"Kita mulai terdidik itu memang ketika kita merdeka ya. Saya selalu bilang kan di depan forum, betapa waktu, ini cerita sejarah selalu saya pulang kan, karena banyak generasi muda tidak tahu. Jadi sistem kolonialisme itu memperbodoh kita," ujar Sukma.
"Di tahun '45, ketika kita proklamasi, 98 persen buta huruf, dua persen intelektual termasuk Bung Hatta, Bung Karno dan lain-lain," imbuh dia. (aud/zak)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini