"Saat ini kami mencatat daerah yang paling panjang hari tanpa hujannya ada di Sumba Timur, itu 126 hari tanpa hujan," kata Kepala Pusat Meteorologi Publik BMKG Fachri Radjab di Graha BNPB, Jalan Pramuka, Matraman, Jakarta Timur, Senin (22/7/2019).
Dia mengatakan kekeringan juga terjadi di hampir seluruh wilayah Jawa. Dalam konferensi pers, sempat ditunjukkan peta kekeringan. Wilayah yang mengalami kekeringan ekstrem ditandai warna merah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia mengatakan kekeringan yang terjadi pada tahun ini dipengaruhi El Nino. El Nino adalah fenomena memanasnya suhu muka laut di Samudra Pasifik bagian tengah hingga timur.
Baca juga: 14 Kabupaten di Jatim Mulai Alami Kekeringan |
Dampak El Nino di Indonesia menyebabkan terjadinya kondisi kering dan berkurangnya curah hujan. Namun, kata Fachri, El Nino yang terjadi tahun ini tidak lebih parah ketimbang 2015.
![]() |
"Kalau dibandingkan dengan 2015, kita masih belum seekstrem 2015, karena di tahun 2015 ada El Nino kuat. Tahun ini kita hanya El Nino lemah. Di samping itu, penyebab lain adalah suhu muka laut kita yang di bawah normal," tuturnya.
Di lokasi yang sama, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mendapat laporan tujuh provinsi di Indonesia mulai mengalami kekeringan. Mengatasi hal tersebut, pemerintah akan menerapkan operasi teknologi hujan buatan.
"Pemerintah akan melakukan operasi, salah satunya operasi dengan operasi teknologi modifikasi cuaca atau hujan buatan," kata Plh Kepala Pusat Data dan Informasi BNPB Agus Wibowo.
Agus mengatakan laporan itu disampaikan langsung oleh Kepala BNPB Doni Monardo dalam rapat terbatas pada 15 Juli. Doni, kata Agus, menyebut sejumlah wilayah yang mulai mengalami kekeringan antara lain Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB), dan Nusa Tenggara Timur (NTT). (jbr/gbr)