"Aktif artinya kawasan Halmahera Selatan memang sering terjadi gempa yang tercermin dari peta seismisitas regional dengan klaster aktivitas gempanya cukup padat," kata Kepala Bidang Informasi Gempa Bumi dan Peringatan Dini Tsunami BMKG, Daryono, dalam keterangannya, Senin (15/7/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Disebut kompleks karena zona ini terdapat 4 zona seismogenik sumber gempa utama, yaitu Halmahera Thrust, Sesar Sorong-Sula, Sesar Sorong-Maluku, dan Sesar Sorong-Bacan. Adapaun ketiga sistem sesar: Sesar Sorong-Sula, Sesar Sorong-Maluku, dan Sesar Sorong-Bacan merupakan 'percabangan' atau splay dari Sesar Sorong yang melintas dari timur membelah bagian atas kepala burung di Papua Barat," ujar Daryono.
Menurut Daryono, gempa M 7,2 di Halmahera Selatan dipicu oleh Sesar Sorong-Bacan. Sesar tersebut selama ini menyimpan akumulasi medan tegangan kulit bumi yang terpatahkan sebagai gempa pada kemarin sore.
"Di Pulau Batanta, ke arah barat Sesar Sorong mengalami percabangan. Pada percabangan yang paling utara yaitu Sesar Sorong-Bacan inilah yang selama ini menyimpan akumulasi medan tegangan kulit bumi yang akhirnya terpatahkan sebagai gempa berkekuatan M 7,2 yang terjadi kemarin sore. Sesar Sorong-Bacan inilah pemicu gempa Halmahera Selatan," ujar dia.
Sejak gempa M 7,2, terjadi sejumlah gempa susulan yang mengguncang kawasan Halmahera Selatan. BMKG mencatat ada 61 kali gempa susulan dengan magnitudo 5,8-3,1.
"Sebanyak 28 gempa diantaranya dirasakan guncangannya oleh masyarakat," ujarnya.
Simak Video "Gempa M 7,2 Guncang Labuha Maluku Utara"
(knv/dnu)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini