"Pemilu, people power, dan revolusi itu berbeda, baik cara, tahapan, maupun cara mewujudkannya. Bahkan jargon dan slogannya kalau tidak hati-hati bisa ditafsirkan melebih ekspektasi. Menurut saya, Pak Prabowo slogannya selama pemilu terlalu berani. Itulah kenapa sekarang ditagih pendukung," kata Andi Arief dalam keterangannya, Minggu (14/7/2019).
Andi Arief mengatakan jargon Prabowo selama kampanye tergolong bombastis. Bombastis itu termasuk pidato-pidato Prabowo selama kampanye Pilpres 2019.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Timbul-tenggelam dan cemplung bersama rakyat itu bukan khas slogan dan jargon pemilu. Begitu juga janji tidak berkhianat pada rakyat. Pemilu itu urusan akumulasi suara dan tidak menjanjikan opsi lain di luarnya. Menurut saya, Pak Prabowo sering hanyut dalam histeria massa," Andi Arief menganalisis.
Dia menyebut narasi Prabowo selama masa kampanye kadung ditelan para pendukungnya. Menurut dia, para pendukung Prabowo masih sulit menerima kekalahan jagoannya. Dia berharap Prabowo ke depannya bersikap lebih realistis dalam menyampaikan pidato-pidato.
"Nasi sudah menjadi bubur, Pak Prabowo harus jawab ekspektasi revolusi dll yang sudah dijanjikan pada rakyat. Itu tidak mudah. Ini pelajaran buat semua pemimpin agar cerdas dalam bersiasat dan realistis. Kesalahan para pendukung juga ada, mana mungkin anak Menteng memimpin revolusi," katanya.
Tonton Video Ramai Penolakan Prabowo Temui Jokowi:
(gbr/tor)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini