Penumpang pertamanya tak lain rekannya sendiri. Herry mengatakan saat itu, dia heran temannya tak kunjung mengikuti kajian. Di suatu waktu, dia bertanya kepada temannya alasan tak kajian. Temannya itu menjawab bila tak memiliki ongkos untuk berangkat ke tempat kajian.
Herry juga bercerita pernah bertemu dengan seorang anak sekolahan yang sedang beristirahat di pinggir jalan. Saat ditanya, anak itu menjawab sengaja berjalan kaki dari Buahbatu menuju ke rumahnya di Antapani karena tak memiliki ongkos.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Orang itu banyak yang membutuhkan pertolongan, tapi enggak bisa mengutarakan. Banyak orang di jalan butuh bantuan. Tapi secara tidak langsung mereka berusaha tetap melakukan sendiri," ucap Herry kepada detikcom saat ditemui di masjid Pusdai, Jalan Diponegoro, Kota Bandung, Kamis (11/7/2019).
Untuk itu, Herry mengakali dengan membuat sebuah papan. Di papan itu, tertulis keterangan soal jasanya. Di papan itu, Herry menulis bila jasanya hanya khusus laki-laki bukan perempuan yang bukan mahramnya. Untuk jasa antar barang pun, Herry membatasi barang yang diantar bukan barang haram.
"Saya biasanya datang ke sebuah tempat atau masjid. Kalau lagi parkir, saya taruh papannya di motor supaya ada yang baca. Atau saya tawarin ke orang-orang," kata Herry.
Herry memang tak mematok tarif dari setiap penumpang atau pengguna jasanya. Herry akan menerima berapapun uang yang diberikan oleh penumpang. Herry bercerita pernah tak mendapatkan uang sampai motor mogok karena kehabisan bensin. Namun pekerjaan itu tetap dijalani sambil percaya adanya bantuan Allah.
"Saya percaya selalu ada jalan bagi orang yang berniat baik. Waktu itu saya tidak memperhatikan indikator bensin. Ketika di belokan Balai Kota, bensin habis banget. Ngeliat uang ada Rp 5.000, saya pikir ya sudah dapat setengah liter bensin nggak masalah. Tapi Allah kalau punya tujuan baik, akan membantu. Tiba-tiba ada teman lewat, dibantu sampai pom bensin. Ketika mau isi Rp 5.000 dikasih bensin full. Ini artinya tidak usah takut rezeki hilang. Mau dimanapun asal ikhtiar pasti ada. Mau sekecil apapun, dibayar berapapun itu sudah rejeki," ucap dia.
Herry juga pernah mendapatkan pengalaman saat mendapat orderan mengantar seorang anak pergi ke tempat les. Satu hari itu, orang tuanya hanya memiliki uang yang tak banyak. Herry tetap menerima orderan itu. Keesokan harinya kembali Herry mendapat orderan dari orang yang sama, biayanya lebih rendah dari hari sebelumnya.
Herry tak mempermasalahkan hal itu. Dia tetap memiliki niat baik untuk memberikan bantuan bagi orang yang kesulitan dari segi ekonomi.
"Melihat mereka sampai ke tempat tujuan yang tadinya jalan, minimal mereka merasa terbantu tenaganya, yang harus jalan berapa kilometer mungkin dia bisa save tenaganya," kata Herry.
(dir/ern)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini