Beberapa bulan terakhir, militer Myanmar telah mengerahkan ribuan tentara ke Rakhine untuk mencoba menumpas kelompok pemberontak Arakan Army (AA), yang disebut memberontak untuk mendapatkan otonomi lebih besar bagi warga etnis Buddha di Rakhine.
Wilayah Rakhine merupakan lokasi operasi militer Myanmar terhadap warga muslim Rohingya pada tahun 2017 lalu, yang menyebabkan ratusan ribu warga Rohingya kabur ke Bangladesh.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kementerian Dalam Negeri Singapura menyatakan seperti dilansir kantor berita AFP, Kamis (11/7/2019), sejumlah warga Myanmar yang ditangkap tersebut telah melakukan pencarian dana dan menggalang dukungan untuk AA di kalangan komunitas dari negara asal mereka.
"Kementerian Dalam Negeri mengambil tindakan terhadap beberapa warga Myanmar karena menggunakan Singapura sebagai platform untuk mengatur dan menggalang dukungan bagi kekerasan bersenjata terhadap pemerintah Myanmar," demikian statemen Kementerian Dalam Negeri Singapura.
"Ini bertentangan dengan keamanan Singapura," imbuh kementerian dalam statemennya.
Kementerian menyebutkan bahwa AA bertanggung jawab atas "serangan-serangan keji" di Myanmar dan telah dinyatakan sebagai kelompok teroris oleh pemerintah Myanmar. Disebutkan bahwa event-event komunitas telah digunakan untuk "menyebarkan perjuangan AA dan menggalang dukungan bagi 'tanah air' Rakhine". Bahkan salah seorang yang ditangkap punya hubungan langsung dengan seorang pentolan AA.
Kementerian Singapura menolak menyebutkan berapa jumlah warga Myanmar yang ditangkap tersebut. Kementerian juga tidak menyebutkan identitas mereka.
Kekerasan bersenjata antara militer dan pemberontak AA di Rakhine telah menyebabkan lebih dari 30 ribu orang meninggalkan rumah-rumah mereka dalam beberapa bulan terakhir. Otoritas Myanmar telah bersumpah untuk menumpas pemberontakan AA yang telah membara sejak kelompok tersebut dibentuk pada tahun 2009.
(ita/ita)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini