"Jika dibandingkan dengan Standar WHO pada angka 25 ΞΌg/Nm3, maka kualitas udara Jakarta masuk kategori sedang," kata Siti dalam keterangan tertulis, Kamis (11/7/2019).
Meski dinilai sehat, Siti menilai kategori udara di Jakarta tidak sehat bagi kelompok sensitif. Kelompok tersebut terdiri dari bayi dan warga lanjut usia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Bilamana menggunakan data gabungan AQMS KLHK dan pemerintah DKI Jakarta, maka kualitas udara Jakarta berada pada konsentrasi 39,04 ΞΌg/Nm3 atau pada kategori tidak sehat untuk kelompok sensitif, dalam hal ini bayi dan manula," jelas Siti.
Siti menjelaskan, pada data 2015 dan 2016, yang masih menggunakan pengukuran manual melalui Evaluasi Kualitas Udara Perkotaan (EKUP). Udara secara keseluruhan di Jakarta masih sehat.
"Jika dilihat per parameter dan per wilayah administrasi, maka udara kota Jakarta tidak dapat dikatakan makin membaik atau makin menurun, melainkan relatif konstan," kata Siti.
Siti mengatakan, untuk mengurangi tingkat polusi itu, Kementerian LHK telah melakukan berbagai upaya. Di antaranya adalah membantu masyarakat beralih menggunakan transportasi umum hingga pengetatan baku mutu emisi.
"Untuk mengurangi polusi udara dari kendaraan bermotor, telah dilakukan upaya-upaya peralihan penggunaan bahan bakar bersih secara bertahap, (yakni) pengalihan moda transportasi dari kendaraan pribadi ke jenis angkutan umum massal; kebijakan pengetatan baku mutu emisi dan pengembangan serta penambahan ruang terbuka hijau," ucap Siti.
Sudah Beberapa Hari Langit Jakarta Tampak Samar, Ada Apa?:
(fdu/rvk)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini