"Tentunya itu ada persyaratan dalam AD/ART membutuhkan dukungan minimal 30%. Ya itu saja menjadi bagian. Kalau pleno membahas internal, kegiatan organisasi. (Pemilihan) ketum forum lewat munas," ujar Airlangga di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Senin (8/7/2019).
Bamsoet menyatakan indikasi dari aklamasi adalah menggalang dukungan sebanyak-banyaknya dan dibawa ke rapat pleno untuk dikatakan sebagai suara mayoritas. Airlangga meluruskan terkait mekanisme pemilihan Ketum Golkar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau mekanisme kan tidak pernah ada pemilihan (ketum) melalui pleno ya. Jadi antara pleno (dan) pemilihan itu dua hal yang berbeda. Kalau saya kan udah ikut pemilihan pada munas 2014, 2016, 2017. Jadi mekanisme sudah hafal," terang Airlangga yang akan mencalonkan diri kembali sebagai Ketum Golkar.
Airlangga pun menanggapi singkat soal manuver Bamsoet yang mengincar kursi ketum. "Ya kan kita lihat hasil pemilu dan hasil konsolidasi," kata Airlangga.
Airlangga dan Bamsoet sama-sama tengah menggalang dukungan untuk posisi Ketum Golkar. Namun Bamsoet menyebut ada indikasi aklamasi dalam pemilihan ketum.
"Ya, kita melihat ada indikasi ke arah sana (aklamasi) menurut saya, seperti praktik yang terjadi sebelumnya. Ini nggak boleh di Golkar, tidak terbiasa itu ketua umum lahir dari rapat pleno atau aklamasi, tetapi lahir dari munas Golkar, biasanya panas tapi kemudian bersatu kembali," ujar Bamsoet di gedung DPR, Senayan, Jakarta, Senin (8/7).
Simak Juga 'Ketum Golkar Tetap Airlangga atau Bamsoet, Ini Kata Pengamat':
(dkp/rvk)