"Saya percaya keduanya akan bertemu ya, dan negeri ini tentu memerlukan keteladanan," ujar Haedar kepada wartawan di kediamannya Jalan Sunan Kudus Nomor 1B Peleman, Tamantirto, Kasihan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jumat (5/7/2019).
"Saya mengimbau, mengajak juga pada elite-elite baik di pemerintahan, di partai politik, di ormas dan di kekuatan masyarakat untuk tutup buku terhadap silang sengketa persoalan-persoalan politik di pemilu," sambungnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kemudian kita harapkan juga warga bangsa terutama di media sosial itu untuk melakukan moderasi ya, moderasi terhadap berbagai isu dan hal-hal yang menjadi 'silang sengketa' soal politik," tutur Haedar.
"Karena kalau terus kita sengketakan itu tidak akan pernah ada akhirnya. Ini bukan soal tutup mata, lemah dalam menghadapi persoalan. Tetapi bangsa ini sejak pra kemerdekaan sampai sekarang ini banyak masalah yang dihadapi," lanjutnya.
Ketimbang berkutat pada persoalan sengketa pemilu, kata Haedar, lebih baik kekuatan elemen bangsa digunakan untuk menyelesaikan persoalan-persoalan negara. Sebab, masih banyak pekerjaan rumah yang perlu diselesaikan oleh bangsa ini.
"Ada kekecewaan (terhadap hasil pemilu) itu normal ya. Tetapi bangsa ini bangsa besar yang telah teruji panjang dalam perjalanan sejarahnya. Kalau kita berkutat di situ (sengketa pemilu) ya kita tidak akan pernah menjadi bangsa yang maju," tegasnya.
Terakhir Haedar berpesan agar pihak yang mendapatkan amanah di pemilu untuk tetap rendah hati dan tak larut dalam euforia. "Juga bagi mereka yang selama ini belum memperoleh mandat ya berjiwa besar untuk mari kita melangkah ke depan," tutupnya.
(ush/bgk)