"Harus dirapatkan dari berbagai sisi. Dari sisi Kemenko Polhukam, dari sisi Ketenagakerjaan, dari sisi Kementerian Sosial, dan seterusnya. Belum dirumuskan," kata Moeldoko saat ditemui wartawan di kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (24/6/2019).
Moeldoko menilai pemulangan eks kombatan ISIS itu tidak bisa ditangani secara parsial. Perlu ada pendampingan hingga pemantauan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Moeldoko mengatakan pemulangan mereka perlu dilakukan pengawalan khusus. Sebab, pemulangan para WNI itu bukan seperti memindahkan barang.
"Ya jadi itu dari jajaran Menko Polhukam, Menko Kesra, terus Tenaga Kerja, jadi bukan memindahkan barang ini, memindahkan persoalan, begitu," katanya.
Pada akhir 2018, Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu menyebut ada 700 pejuang ISIS yang berasal dari Indonesia. Ratusan orang itu telah ikut bertempur di Suriah dan Irak.
"Berdasarkan data intelijen, ada sekitar 31.500 pejuang ISIS asing yang bergabung di Suriah dan Irak. Dari jumlah tersebut, 800 berasal dari Asia Tenggara serta 700 dari Indonesia," kata Ryamizard di JIExpo, Kemayoran, Jakarta Pusat, 8 November 2018.
Sebagian orang Indonesia ditemukan di antara ribuan petempur asing ISIS. Di antara mereka terdapat puluhan anak dan perempuan, yang saat ini berada di kamp pengungsi di Al-Hol, Suriah timur. Dirangkum detikcom, mereka adalah pelarian dari wilayah Baghouz, kantong terakhir ISIS yang telah disikat Pasukan Demokratik Suriah (SDF) dari suku Kurdi. Ada perempuan asal Bandung di antara kerumunan orang-orang ISIS yang mencari keselamatan itu, namanya Maryam.
"Saya dengan empat anak dan keluar dari Baghuz.... Kami ingin pulang ke negara asal kami, ke Indonesia," kata Maryam di Al Hol dalam rekaman video yang dibuat wartawan lepas bernama Afshin Ismaeli.
Pusat Media Damai (PMD) Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) juga mengunggah video pada 11 September 2017. Isinya adalah pernyataan orang-orang Indonesia yang menyesal telah bergabung dengan organisasi terlaknat itu.
Saat itu, 18 WNI telah pulang ke Tanah Air ini. Salah satu perempuan eks ISIS dalam video itu, namanya Difansa, merasakan hidup di bawah naungan ISIS benar-benar berat karena masyarakatnya rusak. Dia mengimbau masyarakat yang tak pernah tersentuh atau tak sempat masuk ISIS untuk bersyukur. Dia menyesal pernah bergabung dengan ISIS.
"Luar biasa, Mbak, penyesalannya. Tapi kita tidak bisa mengembalikan waktu ya. Kalau bisa dikembalikan waktu," kata Difansa, salah satu perempuan eks ISIS, di video itu. (idh/idh)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini