Dianti, orang tua calon siswa yang mendaftar di SMAN 8 Jakarta, menilai kebijakan pemerintah yang memprioritaskan jarak tempat tinggal terdekat ke sekolah itu bisa mengurangi kemacetan di Jakarta. Itu karena siswa atau orangtua tak harus naik mobil ke sekolah.
"Kalau di Jakarta mungkin mereka datang ke sekolah nggak perlu naik mobil," ujar Dianti di SMAN 8 Jakarta, Jalan Taman Bukit Duri, Tebet, Jakarta Selatan, Minggu (24/6/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Orangtua lainnya, Helen, menilai upaya pemerintah untuk memeratakan pendidikan lewat jalur zonasi tentu ada kelebihan dan kekurangannya. Sebagai contoh, jalur zonasi ini mengurangi kesempatan siswa luar DKI untuk bersaing di Jakarta.
"Masalahnya nilai anak tidak rata. Mungkin ada juga anak Bekasi memang nilainya bisa bersaing dengan anak-anak Jakarta. Jadi akhirnya mengikuti alur zonasi, mereka kesempatan sekolahnya menurut mereka favorit berkurang," kata Helen.
![]() |
Namun Helen menilai terlalu dini untuk mengambil kesimpulan terkait kebijakan itu. Menurutnya kebijakan itu akan tampak efektif-tidaknya setelah ada lulusan dari kebijakan PPDB zonasi ini.
"Nanti mungkin akan dilihat dari kelulusan akan kelihatan. Karena yang tahun lalu kan belum kelas tiga. Biasanya akan dilihat pemerataan dari nilainya," lanjut Helen.
Ada pula orang tua yang tidak setuju dengan PPDB zonasi ini yaitu Riani. Menurutnya, kebijakan itu terlalu merepotkan.
"Kalau berdasarkan zona itu dilihat dari Kecamatan, Kelurahannya, ribet ini," ujar Riani.
![]() |
Sementara itu salah seorang calon peserta didik, Diva, menilai PPDB zonasi membuat siswa berprestasi menyebar di seluruh sekolah.
"Sebenarnya dari awal dia harus tahu dia harus fokusin ke nilai UN. Sebenarnya iya sih ideal, ntar tahun-tahun ke depan bakal orang lebih pinter bisa menyebar. Jadi sekolahnya bisa naik," kata Diva saat mendaftar PPDB.
Soal Zonasi Sekolah, KPAI: Problemnya Sosialisasi, Daerah Tak Siap:
(lir/imk)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini