Dilansir CNN, Sabtu (22/6/2019), dilaporkan ada 537 ekor burung nasar dan dua elang kuning kecokelatan yang mati di salah satu kawasan pengelolaan satwa liar (WMA) yang dilindungi di Distrik Tengah bagian timur Bostwana.
Burung-burung tersebut terdiri dari 468 burung nasar bersandaran putih, 28 burung nasar berkerudung, 17 burung nasar berkepala putih, 14 burung nasar berwajah nanas, dan 10 burung nasar jubah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Semua diklasifikasikan sebagai terancam punah atau secara kritis terancam punah oleh International Union for Conservation of Nature Red List.
"Keracunan itu diyakini disebabkan oleh tiga bangkai gajah yang diburu dengan bahan kimia beracun yang (mengarah) ke kematian yang signifikan di burung nasar dan elang," kata pernyataan pemerintah Bostwana lewat media sosial.
Burung pemakan bangkai dianggap menimbulkan masalah bagi pemburu liar. Padahal, menurut African Wildlife Foundation (AWF), burung ini berperan penting bagi ekosistem. Dengan memakan bangkai, burung nasar turut menjaga kebersihan lingkungan dan meminimalkan penyebaran penyakit menular.
Pemerintah Botswana baru-baru ini membuat kebijakan kontroversial dengan mencabut larangan berburu gajah. Namun para pejabat mengecam keracunan hewan yang disengaja oleh pemburu sebagai "berbahaya dan berbahaya bagi lingkungan."
Segera setelah kejadian itu, penegak hukum dilaporkan "bekerja sepanjang waktu untuk mendekontaminasi daerah" sementara tes bangkai dan lingkungan sekitarnya akan dianalisis di laboratorium.
Keracunan massal itu bukan insiden yang pertama. Pada tahun 2003, lebih dari 500 burung, termasuk burung nasar, dibunuh setelah makan dari bangkai gajah yang dicampur racun di Namibia, menurut media setempat. (jbr/aud)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini