Panas Luar Dalam di Sidang MK

Round-Up

Panas Luar Dalam di Sidang MK

Zunita Putri, Dwi Andayani - detikNews
Rabu, 19 Jun 2019 20:35 WIB
BW mengusir tim hukum KPU yang memfoto alat bukti. (Foto: Dwi Andayani/detikcom)
Jakarta - 'Ketegangan' terkait sengketa Pilpres 2019 di Mahkamah Konstitusi (MK) tak hanya terjadi saat persidangan. Di luar ruang sidang pun sempat terjadi ketegangan antara tim hukum Prabowo Subianto-Sandiaga Uno dan KPU.

Ketegangan di luar ruang sidang berawal saat ketua tim hukum Prabowo-Sandiaga, Bambang Widjojanto, memeriksa dokumen yang baru sampai di ruang kepaniteraan MK. BW saat itu tampak berbicara dengan petugas MK di lantai 1.

Didampingi sejumlah petugas, BW mengecek dokumen tersebut. Beberapa saat kemudian, masuk dua orang mengenakan setelan jas yang kemudian mendekat ke dokumen yang tengah dirapikan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Saat BW usir tim hukum KPU yang memfoto alat bukti.BW mengusir tim hukum KPU yang memfoto alat bukti. (Foto: Dwi Andayani/detikcom)

BW kemudian menanyakan siapa dua orang tersebut. Selanjutnya, BW tampak mengusir kedua orang tersebut untuk keluar dari area.

"Don't against the law, please get out, please get out, don't against the law, please get out," ujar BW di gedung MK, Jl Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Rabu (19/6/2019).

BW menyatakan kedua orang tersebut merupakan tim pengacara dari pihak KPU. Menurutnya, kedua orang itu tampak memfoto alat bukti yang tengah dipersiapkan.

"Ini kan yang di-loading barang bukti kami, kok tiba-tiba masuk. Saat ditanya, dia kuasa hukum KPU dan dia foto-toto. Makanya saya bilang, Anda punya izin nggak," kata BW.


Peristiwa tersebut pun terbawa sampai ke ruang sidang. Tim hukum KPU meminta klarifikasi.

BW langsung menjelaskan. Menurutnya, ada anggota tim hukum KPU memfoto barang bukti yang baru diserahkan.

"Yang dilakukan termohon melalui beberapa lawyer bukan melihat alat bukti (yang) ditarik. Dia masuk ke ruangan di mana alat bukti yang di-loading diterima, jangan berbuat seperti itu. Banyak orang di situ, saya meminta ini siapa foto-foto bukti kami yang di-loading karena bukti yang kami tarik (berada) di sebelahnya, bukti di foto-foto atas dasar apa?" papar BW.

"Saya sebenarnya sudah menutup, tapi kalau ini dipersoalkan boleh. Menurut saya, pelanggaran kode etik ini," imbuhnya.



Tak hanya peristiwa soal barang bukti. Dalam persidangan juga terjadi momen saat BW diancam oleh hakim MK Arief Hidayat.

Peristiwa itu bermula saat saksi bernama Idham dihadirkan di forum persidangan. Arief melakukan pemeriksaan awal dengan menanyakan apakah Idham memiliki posisi tertentu dalam tim paslon pada Pemilu 2019.


Awalnya, Arief bertanya mengenai kapasitas Idham saat pilpres. Idham kemudian menjawab bahwa ia beraktivitas di kampung halamannya.

"Jadi nanti yang akan disampaikan mengenai hal di kampung?" tanya Arief lagi.

"Mengenai DPT, Pak, saya mendapatkan DPT dari kantor Gerindra di Jakarta," jawab Idham.

"Jadi Anda ini sebagai apa," Arief kembali bertanya.

"Sebagai orang yang diminta untuk menjelaskan persoalan DPT di sidang ini...," kata Idham.

BW kemudian menyela. Dia memberikan penjelasan mengenai orang kampung bisa memiliki akses terhadap dunia luas. Dari sini kemudian suasana memanas.

"Majelis, saya di kampung tapi saya bisa mengakses dunia melalui kampung," kata BW.


"Bapak sudah men-judgement, seolah-olah orang kampung itu hanya mengetahui apa yang di kampung Pak," sambungnya.

"Nggak begitu, Pak Bambang," jawab Arief.

Arief kemudian meminta BW menghentikan pernyataan. Menurut Arief, saat ini merupakan momen tanya-jawab antara majelis hakim langsung dan saksi.

"Pak Bambang setop... kalau tidak, saya akan minta Anda keluar. Saya hanya bertanya terhadap saudara saksi," kata Arief.

"Saya akan menolak. Menurut saya, saksi saya ditekan oleh Bapak," kata BW.

Sesaat kemudian, pemeriksaan kembali dilakukan. Arief melanjutkan tanya jawab dengan Idham. Sedangkan BW duduk menyimak dari posisinya di kursi tim hukum Prabowo-Sandi.
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads