Juru bicara Kementerian Luar Negeri Mesir, Ahmed Hafez menyatakan dirinya "mengutuk sekeras-kerasnya" seruan oleh juru bicara Komisioner Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia, Rupert Colville tentang penyelidikan independen atas kematian Mursi pada Senin (18/6) waktu setempat.
Seperti dilansir dari kantor berita AFP, Rabu (19/6/2019), menurut Hafez, seruan Colville tersebut merupakan "upaya sengaja untuk mempolitisir kasus kematian wajar."
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebelumnya, Colville menyerukan penyelidikan atas apakah kondisi yang dialami Mursi selama ditahan hampir enam tahun, telah ikut menyebabkan kematiannya.
"Setiap kematian mendadak dalam penahanan harus diikuti dengan penyelidikan yang cepat, netral, menyeluruh dan transparan oleh sebuah badan independen untuk mengklarifikasi penyebab kematian," kata Colville.
"Kekhawatiran telah dikemukakan mengenai kondisi penahanan Mursi, termasuk akses ke perawatan medis yang memadai, serta akses yang memadai ke pengacara dan keluarganya," tambah Colville.
Mursi meninggal dunia pada usia 67 tahun setelah pingsan di balik kerangkeng terdakwa dalam ruang sidang di Kairo. Dia jatuh pingsan ketika disidang dalam kasus dakwaan mata-mata dan tak lama kemudian meninggal dunia.
Mursi dilaporkan pingsan tidak lama setelah berpidato di pengadilan dalam kasus mata-mata terkait dugaan kontaknya dengan Hamas, yang memiliki hubungan dekat dengan kelompoknya, Ikhwanul Muslimin.
Jaksa penuntut umum Mesir menyatakan, Mursi dinyatakan meninggal dunia di rumah sakit pada Senin (17/6) pukul 16:50 waktu setempat dan laporan awal tidak menunjukkan adanya tanda-tanda cedera pada tubuhnya.
Tonton video Kala Delegasi Dewan Keamanan dan Sekjen PBB Bersidang Pakai Batik:
(ita/ita)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini