"Saya pribadi harus memikul sebagian besar tanggung jawab. Ini telah menimbulkan kontroversi, perselisihan, dan kecemasan di masyarakat," ujar Lam dalam konferensi pers, setelah kota itu dilanda aksi demo besar-besaran untuk memprotes RUU ekstradisi ke China.
"Untuk ini saya menawarkan permintaan maaf yang paling tulus kepada semua orang di Hong Kong," imbuh Lam seperti dilansir dari kantor berita AFP, Selasa (18/6/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lam telah menunda pembahasan RUU ekstradisi tersebut setelah aksi protes besar-besaran pada 9 dan 12 Juni lalu yang diwarnai bentrokan antara polisi dan sejumlah demonstran. Meski telah RUU kontroversial itu telah ditangguhkan, namun kemarahan publik belum mereda. Bahkan aksi demo lebih besar digelar pada Minggu (16/6) lalu yang menurut pihak penyelenggara, diikuti oleh sekitar dua juta orang -- lebih dari seperempat penduduk Hong Kong.
Civil Human Rights Front, penyelenggara aksi demo tersebut menyerukan Lam untuk mundur, mencabut RUU ekstradisi secara permanen dan meminta maaf atas penggunaan gas air mata serta peluru karet oleh polisi terhadap demonstran. Mereka juga menuntut pencabutan seluruh dakwaan yang dijeratkan terhadap setiap demonstran yang ditangkap.
RUU ekstradisi yang diprotes banyak warga Hong Kong itu, nantinya akan mengizinkan ekstradisi ke China daratan. Para pengkritik mengkhawatirkan RUU kontroversial yang didukung China itu akan menjerat orang-orang dalam sistem peradilan China yang dikenal buram dan dipolitisasi.
RUU itu juga dikhawatirkan akan melemahkan penegakan hukum serta reputasi Hong Kong sebagai pusat bisnis yang aman.
Tonton video Massa di Hong Kong Tak Kunjung Surut:
(ita/ita)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini