"Bulus adalah murid dari Mbah Dudo yang disabda Kanjeng Sunan Muria," kata Juru kunci Makam Mbah Dudo, Sirajudin di lokasi ritual, Rabu (12/6/2019).
Mbah Dudo merupakan leluhur desa tersebut. Dipercaya bulus-bulus di desa ini semula berwujud manusia tapi oleh Sunan Muria disabda menjadi bulus. Tak heran jika bulus menjadi ikon dari acara ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Gerakan murid Mbah Dudo seperti bulus. Seketika murid itu berubah jadi bulus," terangnya.
Hingga kini, kata dia, warga setempat sangat memperhatikan bulus yang ada di sekitar Sungai Sungai Perak Sendang Bulusan. Warga selalu memberi makan bulus, termasuk saat hari Raya Kupatan sekarang.
![]() |
Dalam tradisi ini, Sirajudin, dan tokoh desa lain Nyai Sudasih, Bupati Kudus M Tamzil memberi makan bulus dengan lepet. Ada tiga ekor bulus di depan panggung utama acara yang diberi makan.
Bulus-bulus itu makan dengan lahap. Namun lepet yang dipegang bupati tidak dimakan lahap si bulus.
"Bulus belum mau makan lepet. Saya ya pingin makan lepet," kata Tamzil setengah bercanda saat memberi sambutan usai ritual.
![]() |
Tamzil menyatakan apresiasinya atas Festival Bulusan karena melibatkan banyak kalangan.
"Di undang-undang ada desa adat. Kegiatan ini diharapkan bisa memberi inspirasi. Bahkan desa sekitar bisa datang. Ini tolong dirawat," pesannya.
Kepala Desa Hadipolo Wawan Setiawan menambahkan beberapa warganya memang menemukan bulus di Sungai Perak Sendang Bulusan. Agar dapat terus dipelihara, pihaknya memang menyarankan untuk menyerahkannya kepada Pokdarwis Mojobulus.
"Kemungkinan masih ada banyak di Sungai Perak Sendang Bulusan. Mungkin mereka bersembunyi. Saya imbau kepada siapa saja yang menemukan bisa diserahkan ke Pokdarwis agar bisa dipelihara dengan baik," terangnya. (sip/sip)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini