Cerita Iwan Dikejar-kejar Kivlan karena Belum Dapat Senpi 'Pesanan'

Round-Up

Cerita Iwan Dikejar-kejar Kivlan karena Belum Dapat Senpi 'Pesanan'

Tim detikcom - detikNews
Selasa, 11 Jun 2019 21:00 WIB
Jakarta - Akhirnya polisi mengungkap kesaksian tersangka makar 21 Mei bernama H Kurniawan alias Iwan. Dalam video yang diputar oleh polisi, Iwan membeberkan peran Kivlan Zen, yang memintanya untuk mencari senjata api (Senpi).

Polisi bersama TNI menggelar jumpa pers di Kemenko Polhukam, Jl Medan Merdeka Barat, Jakarta, Selasa (11/6/2019). Dalam jumpa pers itu, polisi memutar sejumlah video yang berisi kesaksian tersangka makar, salah satunya Iwan.



SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Iwan memberi kesaksian dalam posisi duduk di sebuah kursi. Tangannya diletakkan di atas meja yang ada di depannya. Dia mengenakan kaus hitam yang dirangkap dengan kemeja oranye tak dikancing. Wajahnya disensor. Suaranya jelas dan tegas. Polisi menyatakan kesaksian yang ada di video sesuai dengan berita acara pemeriksaan (BAP).

Iwan mengatakan dirinya tinggal di Bogor dan diciduk oleh polisi pada tanggal 22 Mei. Dia ditangkap karena kasus ujaran kebencian kepemilikan senjata ilegal yang berkaitan dengan Kivlan Zen.

"Saya H Kurniawan, biasa dipanggil Iwan, domisili Cibinong, Bogor. Saya diamankan polisi tanggal 21 Mei pukul tiga belas nol nol terkait ujaran kebencian, kepemilikan senjata api, dan ada kaitannya dengan senior saya, jenderal saya yang saya hormati dan saya banggakan, yaitu bapak mayor jenderal Kivlan Zen," kata Iwan dalam video tersebut.



Iwan lantas menceritakan pertemuannya dengan Kivlan Zen pada bulan Maret 2019 di kawasan Kelapa Gading, Jakarta Utara. Ketika itu, dia ditemani oleh saudaranya, Udin. Kivlan meminta Iwan untuk mencari senjata api, dengan bekal uang seratus lima puluh juta dolar Singapura.

"Di mana pada bulan Maret, sekitar Maret, saya dan saudara Udin dipanggil Bapak Kivlan untuk ketemuan ke Kelapa Gading. Di mana dalam pertemuan tersebut saya diberi uang seratus lima puluh juta untuk pembelian alat, senjata, yaitu senjata laras pendek dua pucuk, dan laras panjang 2 pucuk. Uang tersebut seratus lima puluh juta dalam bentuk dolar Singapura dan langsung saya tukarkan di money changer," tuturnya.

Namun, ternyata Iwan tak kunjung mendapatkan senpi 'pesanan' Kivlan. Akibatnya Iwan dikejar-kejar dan ditagih oleh Kivlan. Meskipun saat ditangkap polisi, Iwan sudah memegang satu pucuk senjata.

"Karena saya belum mendapatkan senjata yang dimaksud, saya dikejar-kejar dan ditagih oleh Bapak Kivlan Zen, dan saat ditangkap saya membawa satu pucuk senjata jenis revolver 38 magnum, dengan mengisi sekitar seratus butir," ujar Iwan.

Iwan menjeaskan, senjata itu memang akan dibawa untuk ke lokasi demo. Tujuannya adalah mengamankan anak buahnya jika ada massa tandingan yang membahayakan. Menurutnya, saat itu demo 21 di KPU belum ramai, sehingga dia memutuskan kembali pangkalan di Jalan Proklamasi Nomor 36.



Selain itu, Iwan juga mengungkapkan asal-usul senjata yang diperolehnya. Dia mengaku mendapatkan senjata tersebut dari salah seorang perempuan yang masih merupakan keluarga besar TNI dan pria bernama Admil. Iwan mengatakan salah satu senjata tersebut akan dipakai untuk menghabisi Menteri Polhukam Wiranto dan Menko Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan.

"Adapun senjata yang saya miliki itu saya dapatkkan dari seseorang ibu-ibu juga yang kebetulan juga masih keluarga besar TNI. Seharga, saya ganti, atau saya bawa dengan jaminan untuk beliau itu uang lima puluh juta, sedangkan senjata yang Mayer kaliber 22 dan Ladies Gun kaliber 22 yang saya dapatkan dari saudara Admil, yang Mayer saya percayakan kepada saudara Armi yang di sini Armi adalah sebagai pengawal, ajudan, sekaligus drivernya Bapak Kivlan Zen. Dan satu lagi yang Ladies Gun saya percayakan kepada saudara Udin untuk alat pengamanan pribadi selama melakukan aktivitas pemantauan dan pengamanan adapun sesuai TO (Target Operasi) yang diberikan bapak Kivlan kepada saya dan saya sampaikan kepada Udin adalah Bapak Wiranto dan Bapak Luhut," ungkap Iwan. (rdp/fdn)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads