Engkan (45), salah seorang pedagang golok asal Cilawu, Garut menceritakan, dirinya sudah 15 tahun rutin berjualan di area Pantai Pangandaran setiap libur Lebaran. Ia mengaku biasa datang bersama teman-temannya sesama pedagang golok.
Musim Lebaran ini, menurut Engkan, ada sekitar 60 pedagang golok asal Garut yang datang mengadu nasib. Para pedagang, menurut dia, berpencar mencari pembeli sejak pagi, mulai dari kawasan pantai hingga penginapan-penginapan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di Pangandaran, kata Engkan, ia dan teman-teman biasa tidur di emper-emper toko di sekitar kawasan wisata Pangandaran. Menurut dia, hal itu dilakukan untuk menghemat biaya hidup selama berjualan.
Engkan menjelaskan, produk yang ia bawa bermacam-macam senjata tajam dan perkakas. Mulai dari golok, pedang, samurai, sangkur, hingga pisau dapur. Sangkur impor, ia menjelaskan, dibanderol paling mahal, seharga Rp 250 ribu.
"Yang paling murah pisau, Rp 20 ribu," ucap Engkan.
Para pembeli, ia mengungkapkan, umumnya ialah kalangan wisatawan kelas menengah ke bawah. Menurut dia, perkakas semacam golok atau pedang sebagai hiasan memang digemari golongan masyarakat biasa.
Engkan dan teman-teman mengaku datang sejak hari H Lebaran. Sementara jadwal kepulangan sendiri, kata dia, disesuaikan dengan perkembangan situasi pengunjung. (bbn/bbn)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini