Upacara hari jadi Kabupaten Boyolali rencananya dilaksanakan di depan Pendopo Alit, halaman rumah dinas Bupati, di Jalan Merbabu. Peserta upacara juga akan menggunakan pakaian tradisional Jawa. Upacara ini akan diikuti pejabat eselon II, III, dan IV.
Forum Umat Islam Boyolali (FUIB) mengajukan keberatan atas rencana tersebut. Sejumlah orang dari FUIB mendatangi kantor Sekretariat Daerah (Setda) Boyolali hari ini. Kedatangan mereka langsung diterima oleh Sekda, Masruri dan sejumlah pejabat eselon II.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kemendagri juga angkat pendapat. Kemendagri menilai upacara itu tidak tepat dilaksanakan jika mengganggu kepentingan umum.
"Jika pagelaran upacara tersebut akan mengganggu kepentingan umum dan kurang bermanfaat untuk kesejahteraan dan ketertiban masyarakat, itu tidak elok dan tidak sesuai dengan asas umum pemerintahan yang baik," kata Plt Dirjen Otonomi Daerah Kemendagri, Akmal Malik.
Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, juga urun pendapat. Dia cenderung mendukung acara namun menyarankan agar dicari jalan temu untuk kesepakatan. "Terserah saja enggak apa-apa. Kalau itu dirembuk saja, membuat sepakat," kata Ganjar.
Rencana tersebut menimbulkan kontroversi karena waktu upacara yang berbarengan dengan masa liburan dan mudik. Namun Ganjar menilai mudik tidak harus dilakukan sebelum lebaran.
"Enggak pulang kan enggak apa-apa. Apa harus mudik? Mudiknya habis itu kan bisa, tinggal kesepakatan saja, diomongkan baik-baik. Ini masalah kecil kok," ujarnya.
Lalu bagaimana dengan sikap Pemkab Boyolali atas terjadinya pro dan kontra itu? Seakan bergeming, Pemkab memberikan penjelasan bahwa upacara tidak akan mengganggu pelaksanaan salat Ied.
"Kita upayakan upacara dengan salat Ied tidak ada gangguan, terutama salat Ied tidak ada gangguan (tidak terganggu upacara hari jadi)," ujar Sekretaris Daerah (Setda) Boyolali, Masruri.
Simak video 'Jangan Kecelakaan di Sini, Rumah Sakit Jauh':
(mbr/mbr)