Masjid Pelayan Umat di Singapura

Cerita Berkesan Ramadhan

Masjid Pelayan Umat di Singapura

Bening Tirta Muhammad - detikNews
Jumat, 31 Mei 2019 22:07 WIB
Buka puasa di Masjid Maarof Singapura (Bening Tirta Muhammad/Istimewa)
SIngapura - Masjid menjadi tempat yang penting saat bulan Ramadhan di Singapura. Segala kegiatan bulan puasa yang melibatkan berbagai bangsa terjadi di sana.

Ramadhan sudah hampir berakhir, tapi saf-saf salat tarawih dan witir di Masjid Maarof masih penuh sampai saf paling belakang. Tidak hanya di lantai satu, juga di basement, lantai 2, 3, dan 4. Masjid lima lantai di daerah Jurong, Singapura, ini bisa menampung sampai 4.500 orang jamaah.

Masjid selalu ini dipadati banyak warga muslim karena letaknya yang dekat dengan gedung pemukiman dan dilewati tiga rute bus umum. Selain tempatnya yang strategis, kebijakan-kebijakan yang diambil pengurus membuat masjid ini sangat ramah jamaah. Yang terpenting adalah, semangat berkhidmat (melayani) yang begitu kental terasa di masjid ini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Berbeda dengan di Indonesia, Islam adalah agama minoritas di Singapura. Adzan tidak boleh diperdengarkan ke luar masjid, dengan pengecualian Masjid Sultan yang ada di daerah Bugis. Kurang lebih ada 75 masjid di Singapura yang mana hampir semua masjid membuat perkhidmatan buka puasa bersama bagi siapa saja dan setiap hari. Masjid Maarof sendiri menyulap lantai basement yang biasa digunakan untuk salat Jumat, tarawih, Idul Fitri dan Idul Adha ini menjadi tempat jamuan santap buka puasa (iftar).

Masjid Pelayan Umat di SingapuraSuasana salat tarawih (Bening Tirta Muhammad/Istimewa)
Masjid yang baru selesai dibangun tahun 2016 ini menjadi masjid favorit mahasiswa dan staf Nanyang Technological University (NTU), dimana saya berkuliah, karena alasan akses transportasi. Mahasiswa dan staf NTU yang muslim umumnya salat Jumat di masjid ini karena di kampus tidak ada masjid. Maklum saja, karena institusi pendidikan di Singapura umumnya sekuler, ada pemisahan antara pendidikan dan urusan beragama individu.

Bagaimanapun, setidaknya pihak kampus memberi izin untuk pemakaian 6 ruangan menjadi ruang musala yang tersebar di beberapa titik kampus dan mengundang belasan vendor untuk membuka kios makanan halal sehingga sangat memudahkan kehidupan mahasiswa dan staf muslim di kampus kami. Khusus bulan Ramadhan, mahasiswa bisa menghemat setengah belanja bulanannya karena makan berat sudah disediakan di masjid, gratis!

Secara operasional, Masjid Maarof banyak melibatkan sukarelawan, baik orang dewasa maupun remaja, orang Melayu maupun Bangladesh. Menurut pengelolaan masjid, Masjid Maarof bisa dibilang dikelola bersama oleh komunitas Melayu dan Bangladesh di Singapura. Di luar Ramadhan, sekali sebulan diadakan pengajian dalam bahasa Bangladesh. Salat Id dibuat dua ronde, yang pertama khutbahnya bahasa Melayu dan ronde kedua bahasa Bangladesh. Umumnya, orang Bangladesh di Singapura adalah pekerja imigran bidang konstruksi, teknisi dan maintenance bangunan, tukang kebun, dan pekerjaan kasar lainnya yang diberi asrama oleh perusahaan/agen outsourcing.

Walaupun dikelola oleh etnis Melayu dan Bangladesh, Masjid Maarof didatangi oleh ragam suku bangsa, kewarganegaraan, pekerjaan, dan mazhab. Dari posisi badan saat itidal dan tasyahud akhir, kita bisa membedakan antara mazhab Syafi'i, Maliki, dan Hanafi. Dari potongan pakaian, kita bisa menebak etnis atau jenis pekerjaannya, sebagian menyempatkan ke masjid sepulang kerja. Di tambah lagi, mahasiswa-mahasiswa internasional dari kampus NTU, ada yang dari India, Turki, Mesir, Maroko, Pakistan, Kazakhstan, Sudan, dan Azerbaijan. Masjid Maarof membawa semua kelas masyarakat dalam satu nampan hidangan iftar.

Masjid Pelayan Umat di SingapuraBus jemputan untuk jamaah (Bening Tirta Muhammad/Istimewa)
Selain tempatnya yang strategis, masjid ini ramai didatangi masyarakat karena kebijakan-kebijakannya yang ramah jamaah. Lantai masjid, dari kedua pintu masuk dibuat ramah kursi roda. Ada lift bagi yang kesulitan naik tangga dan ada areal khusus parkir sepeda dan kendaraan pribadi. Kemudian, ada deretan kursi yang disediakan untuk lansia atau siapapun yang punya kesulitan dalam gerakan salat.

Ada juga ruangan penjagaan anak (child-minding area) di lantai 2, di area muslimah. Santapan rohani atau ceramah Ramadhan hanya diadakan pada akhir pekan, itu pun bakda salat witir. Bagi yang lelah atau ada urusan besok pagi bisa pulang duluan.

Menurut posisi geografis, Singapura kurang lebih mirip dengan daerah Batam atau Palembang menurut garis bujur. Tapi, karena zona waktunya adalah GMT+8 atau Waktu Indonesia Tengah (WITA) maka salat tarawih plus witir 11 rakaat tanpa ceramah selesai sekitar pukul 21.45, secara psikologis sudah cukup larut malam.

Baru tiga tahun lebih beroperasi, pejabat Masjid Maarof terus berinovasi dari tahun ke tahun terutama dalam pelayanan dan inisiatif peduli lingkungan. Tahun ini ada pelayanan bus antar-jemput (shuttle bus) dari dan ke beberapa titik pemukiman yang bisa dinikmati warga sehingga sebagian warga tidak perlu repot mengambil bus umum di malam hari sepulang tarawih dan witir. Masjid Maarof juga menggalakkan kampanye membawa gelas masing-masing atau 'bring your own cup' untuk mengurangi sampah gelas plastik sekali pakai.

Ramadhan di Singapura menguatkan kembali esensi masjid sebagai tempat berkhidmat pada umat, pada siapa saja. Warga non-muslim juga boleh bergabung merasakan suasana berbuka bersama (iftar). Tidak ada pembatas antara warga lokal dan imigran, antara pekerja kantoran, mahasiswa dan buruh kasar. Semua satu hati menyantap takjil dan makan malam yang terhidang dalam nampan-nampan yang diperuntukkan untuk diisi empat orang per nampannya.

*) Bening Tirta Muhammad adalah peneliti doktoral di Energy Research Institute @ NTU (ERIAN), Nanyang Technological University, Singapura, dan Wakil Ketua II Pusat Kajian dan Gerakan (Pusgerak) PPI Dunia 2018-2019.
*) Artikel ini terselenggara atas kerja sama detikcom dengan Perhimpunan Pelajar Indonesia se-Dunia (PPI Dunia).

***

Para pembaca detikcom, bila Anda juga mahasiswa Indonesia di luar negeri dan mempunyai cerita berkesan saat Ramadhan, silakan berbagi cerita Anda 300-1.000 kata ke email: ramadan@detik.com cc artika@ppidunia.org dengan subjek: Cerita PPI Dunia. Sertakan minimal 5 foto berukuran besar karya sendiri yang mendukung cerita dan data diri singkat, kuliah dan posisi di PPI. (fay/fay)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads