"Masjid Al-Safar adalah eksperimentasi teori lipat folding architecture. Jika eksperimentasi bentuk itu ditafsir, ya tentu tidak bisa dihindari. Tapi jika disimpulkan bahwa bentuk-bentuknya adalah menerjemahkan simbol iluminati dkk, saya kira itu tidak betul," kata pria yang akrab disapa Emil ini lewat Twitter, Jumat (31/5/2019).
"Mari fokus saja ibadah kepada Allah," sambungnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Emil mengatakan upaya memajukan seni dan arsitektur Islam terus dilakukan agar selalu berkembang maju. Salah satunya dengan teori folding architecture.
"Seni dalam Islam tidak memperlihatkan makhluk hidup, tapi bereksperimentasi dengan rumus geometri. Teori lipat Folding Architecture adalah metode mencari kekayaan geometri baru yang digunakan di Masjid Al-Safar," ungkapnya.
![]() |
Masjid Al-Safar berdiri di rest area Km 88 B Jalan Tol Cipularang, Jawa Barat. Emil lalu mengambil contoh desain masjid lain, yaitu Masjid Al-Irsyad, Padalarang. Desain yang berbeda memberi keistimewaan tersendiri.
"Contoh ijtihad bentuk di Masjid Al-Irsyad, Padalarang, menghilangkan tipikal dinding mihrab. Salat langsung menghadap alam pegunungan. Agar kita merasa kecil di hadapan-Nya. Hasilnya, tiap zuhur, air di area mihrab pun memantul ikut bergerak. Alam berpuisi seolah ikut berzikir," papar Emil.
Sebelumnya diberitakan, desain Masjid Al-Safar ramai dibahas, salah satunya lewat video seorang pria yang mengulas bangunan masjid yang diarsiteki Ridwan Kamil itu. Si pria mengaku memfoto masjid beserta isi di dalamnya yang dinilai akrab dengan nuansa segitiga.
"Ini pintu masuknya dan lihat ini segitiga semua. Nyaris segitiga semua. Bahkan ketika masuk ke dalam, ini segitiga, satu mata. Maka, ketika kita salat, sebetulnya kita menghadap siapa, menghadap Allah atau segitiga satu mata?" kata pria itu dalam video viral itu. (imk/tor)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini