"Saya harus memulai dengan pernyataan bahwa saya prihatin dengan kejadian ini. Untuk itu, kita harus melihat permasalahan ini tidak hanya dari 1 frame / perspektif saja. Kita harus mencernanya dari berbagai macam aspek. Dalam kejadian tersebut, saya mengakui bahwa penanganan yang dilakukan oleh Polisi sudah cukup baik walaupun masih belum sempurna. Memang sulit di muka bumi ini mencapai kesempurnaan milik Tuhan Yang Maha Esa," ujar anggota Kompolnas Andrea H. Poeloengan, ketika dihubungi Sabtu (25/5/2019) malam.
"Hal yang saya paling kritik pertama adalah, diperbolehkannya unjuk rasa dilakukan hingga lewat waktu Tarawih, yaitu jauh sesudah aturan ketentuan hingga pukul 18.00 WIB. Saya terus terang hingga sekarang ini masih belum dapat alasan yang logis dan rasional, ketika unjuk rasa yang sudah mempunyai bibit tensi yang sangat tinggi, potensi gesekan yang luar biasa, upaya 'penunggangan' pihak ketiga yang katanya sudah terdeteksi Polri sebelumnya, dan dalam masa-masa bulan suci Ramadhan, justru masih diberikan toleransi diizinkan hingga lewat pukul 18.00. Padahal, makin malam, makin gelap, malah makin sulit untuk memantau keadaan lapangan," ucap Andrea.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Terus terang, walau sudah lumayan penanganannya, perlu juga dilakukan evaluasi terbuka kepada pimpinan operasi saat itu, agar dapat membeberkan Ancaman, Gangguan, Hambatan dan Tantangan, untuk tidak terjadi lagi di lain waktu," katanya.
Simak Juga "Ini Para Pelempar Batu hingga Molotov ke Polisi Saat Rusuh 22 Mei":
(eva/rvk)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini