"Tadi saya juga bertemu dengan masyarakat di Petamburan karena juga saya ingin dapatkan informasi langsung di sana juga didapatkan peluru-peluru tajam. Jumlah peluru saya enggak tahu berapa tapi dikumpulkan baru sepintas saja sudah 171 peluru kebanyakan peluru hampa peluru karet tapi ada peluru-peluru tajam ada yang 9 mm dan sebagainya," kata Fadli di kediaman Prabowo, di Jalan Kertanegara, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Rabu (22/5/2019).
Fadli mengatakan, warga juga memperlihatkan video aksi yang diduga personel pengamanan yang merusak kendaraan pribadi warga sekitar. Aksi itu, kata dia, terekam dalam CCTV yang terpasang di kawasan Petamburan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Nih ya contoh, ini perusakan mobil-mobil warga. Ini dari CCTV. Dipukul-pukulin. Motor-motor dirusak. Kemudian mobil-mobilnya juga termasuk mobil warga di sana dirusak. Ini bukti CCTV. Lihat tuh motor dihancur-hancurkan. Kemudian ada juga bukti-bukti peluru. Lihat tuh bisa dilihat sendiri. Liat nih mobil-mobil siapa tuh yang ditendang-tendang. Siapa yang merusak? Ini kan aparat. Ini aparat yang lakukan pengrusakan. Lihat dong," imbuh Fadli sembari menunjukkan foto ratusan peluru dan video yang dimaksudnya.
Anggota Dewan Pengarah BPN Prabowo-Sandiaga itu menyayangkan dugaan penggunaan peluru tajam.
"Demonstrasi damai adalah bagian dari demokrasi itu sendiri tidak perlu ada satu permusuhan kepada warga masyarakt kita dan tidak boleh ada penggunaan kekerasan apalagi peluru tajam peluru karet saya kira tidak perlu. Negara-negara demokratif mereka sudah meninggalkan apalagi senjata-senjata laras panjang ini rakyat yang dihadapi jadi biasanya kalau di negara maju itu biasanya cuma tameng dan pentungan saja tidak ada yang lain," tutur Fadli.
"Tapi kalau sudah ada penggunaan senjata-senjata tajam itu namanya mau membunuh rakyat. Jadi saya kira semua pihak juga masyarakat kita harapkan tetap menjalankan satu demonstrasi damai," imbuh dia.
Fadli meminta kepolisian segera menginvestigasi temuan warga itu. Dia juga meminta warga untuk mengumpulkan bukti-bukti tersebut dan melaporkannya ke polisi.
"Nah ini dikumpulkan nih termasuk ada yang sudah meletus ada yang belum. Saya minta kepada mereka untuk dikumpulkan nanti segera dilaporkan pada pihak-pihak terkait sebagai barang bukti. Ini ada yang bekas ada tidak bekas," katanya.
Korban Tewas Disebut Tak Ikut Demo
Selain mendapatkan laporan adanya peluru tajam dan aksi perusakan oleh orang yang diduga aparat, Fadli mengaku juga mendapat pengakuan dari keluarga salah satu korban. Korban bernama Raihan (15) disebut tengah menjadi korban salah tembak.
"Almarhum Raihan ini usianya 15 tahun yang sedang duduk-duduk dengan temannya tadi saya juga bertemu dengan 2 temannya yang duduk di sebelah sebelahnya tiba-tiba ada peluru yang menembak dia dan langsung terjatuh dan bubar. Itu terjadi sekitar jam 02.00-02.30 menurut ibunya. Jadi almarhum Raihan adalah seprang yang sedang tidak ikut aksi apapun dia sedang duduk-duduk di kampung di situ di Petamburan sebagai seorang remaja masjid dan nunggu sahur," tutur Fadli.
"Dan kemudian jenazah dibawa menurut keterangan keluarga ke Rumah Sakit Polri dan siang ini akan dibawa ke rumahnya jam 2 atau jam 3 jadi kita sangat menyayangkan jatuhnya korban sejumlah yang meninggal dunia," pungkasnya.
Sementara itu Polri menegaskan personel pengamanan unjuk rasa di Bawaslu tidak dibekali peluru tajam. Polisi juga menghalau aksi brutal massa sesuai dengan ketentuan.
"Yang harus saya sampaikan lagi bahwa kemarin sudah saya tekankan, instruksi Panglima TNI dan bapak Kapolri sudah jelas, sudah sangat jelas petugas pengamanan, personel pengamanan dalam kegiatan unjuk rasa tidak dibekali peluru tajam. Sudah saya sampaikan kemarin, kami yakinkan kalau ada yang gunakan peluru tajam diyakinkan itu bukan personel pengamanan TNI Polri pada konteks unjuk rasa ini," kata Kadiv Humas Polri Irjen M Iqbal dalam jumpa pers.
Kerusuhan oleh massa brutal terjadi di Jl Sabang, Jl Wahid Hasyim juga Jl KS Tubun. Kericuhan disebut Iqbal bermula dari gesekan massa yang memprovokasi aparat dan merusak pagar pembatas keamanan di depan Bawaslu pada Selasa (21/5).
Massa yang melakukan provokasi ini ditegaskan Iqbal berbeda dengan massa yang menggelar unjuk rasa pada Selasa (21/5) sore hingga pukul 21.00 WIB. Setelah massa yang memprovokasi dihalau, datang massa lain yang melakukan perlawanan ke polisi.
Halaman 2 dari 2
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini