Sedangkan dulu, setelah memenangi Pilpres 2014, Jokowi menyampaikan pidato kemenangannya di atas kapal pinisi di Pelabuhan Sunda Kelapa. Tempat ini erat dengan simbol visi kemaritiman Jokowi. Lalu apa makna perbedaan pidato kemenangan Jokowi ini?
Jokowi ditemani wakilnya, Ma'ruf Amin, menyampaikan pidato kemenangan itu di Kampung Deret, Tanah Tinggi, Jakarta Pusat. Sebagai presiden terpilih, Jokowi menyampaikan ucapan terima kasihnya atas kepercayaan rakyat Indonesia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jokowi mengatakan, dia bersama Ma'ruf Amin akan mewujudkan kepercayaan rakyat itu dalam bentuk program yang berguna bagi semua lapisan masyarakat. Pernyataan Jokowi ini sarat akan visi Jokowi soal rencana beberapa program populisnya, seperti program tiga kartu sakti.
"Kami wujudkan dalam program yang adil dan merata. Untuk seluruh golongan dan lapisan masyarakat," tutur Jokowi.
"Oktober nanti kami adalah presiden dan wakil presiden seluruh rakyat Indonesia. Kami adalah pemimpin rakyat Indonesia," sambungnya.
Selain itu, Jokowi mengungkap alasannya memilih Kampung Deret di Tanah Tinggi, Jakarta Pusat, sebagai lokasi pidatonya.
"Sambil nengok dulu Kampung Deret yang kita bangun," kata Jokowi di lokasi.
Tak lupa, Jokowi juga berencana meminta izin kepada Gubernur Anies Baswedan untuk melanjutkan pembangunan di kampung deret.
"Tadi bisik-bisik masyarakat, 'Pak, dilanjutkan, Pak, ini pembangunannya' dan saya sudah sanggupi. Nanti saya mau izin dulu ke Gubernur, nerusin ini, dulu kan sampai ini, teruskan sampai tap, tap, tap," ucap Jokowi.
Pemilihan tempat ini berbeda saat Jokowi-Jusuf Kalla (JK) memenangi Pilpres 2014. Sementara sekarang Jokowi menyampaikan pidato kemenangannya di Kampung Deret, dulu Jokowi menyampaikan pidato kemenangannya di atas kapal pinisi di Pelabuhan Sunda Kelapa. Tempat ini dinilai sebagai tempat yang cukup simbolis untuk menyampaikan visi kemaritiman Jokowi.
Dalam pidatonya pada 2014, Jokowi mengatakan kemenangannya tersebut merupakan kemenangan seluruh rakyat Indonesia. Dia pun berharap kemenangannya tersebut bisa mewujudkan Indonesia yang berdaulat. Saat itu Jokowi berpidato ditemani oleh wakil presidennya, Jusuf Kalla.
"Kemenangan ini adalah kemenangan seluruh rakyat Indonesia. Saya berharap kemenangan rakyat ini akan melapangkan jalan untuk mencapai dan mewujudkan Indonesia yang berdaulat secara politik, berdikari secara ekonomi, dan berkepribadian secara kebudayaan," kata Jokowi di atas kapal pinisi di Pelabuhan Sunda Kelapa, Jakarta Utara, Selasa (22/7/2014).
Jokowi juga menyebut semangat gotong royong akan mengantar Indonesia untuk berkembang dalam pergerakan poros maritim dunia.
"Semangat gotong royong itulah yang akan membuat bangsa Indonesia bukan hanya akan sanggup bertahan dalam menghadapi tantangan, tapi juga dapat berkembang menjadi poros maritim dunia, locus dari peradaban besar politik masa depan," ujarnya.
Dia pun mengajak masyarakat yang sempat larut dalam gelaran Pilpres 2014 kembali berfokus pada peran kesehariannya lagi.
"Mulai sekarang, petani kembali ke sawah. Nelayan kembali melaut. Anak kembali ke sekolah. Pedagang kembali ke pasar. Buruh kembali ke pabrik. Karyawan kembali bekerja di kantor," tutur Jokowi.
Makna di Balik Perbedaan Dua Pidato Kemenangan Jokowi
Menanggapi perbedaan pemilihan tempat pidato kemenangan Jokowi ini, Direktur Eksekutif Indonesia Political Review Ujang Komarudin menilai pemilihan tempat pidato kemenangan Jokowi di Kampung Deret ini erat kaitannya dengan simbol program-program populis Jokowi.
Dia mengatakan Jokowi kini akan berfokus pada visi soal kebijakan kesejahteraan sosial dan pengentasan warga miskin.
"Ini kan simbol, karena beliau sebagai orang Jawa yang suka simbol. Simbol ini maknanya ini Pak Jokowi nanti bersama Pak Ma'ruf Amin ingin melanjutkan program-program yang belum terealisasi. Program-program populis soal kesejahteraan sosial, pengentasan kemiskinan, persoalan pendidikan. Inilah yang jadi simpul-simpul problem di masyarakat miskin Ibu Kota," kata Ujang kepada wartawan, Selasa (21/5/2019).
Dia pun memaparkan kaitan program populis Jokowi dengan pemilihan Kampung Deret sebagai tempat pidato. Menurutnya, Kampung Deret dipilih karena dulu tempat ini memang dikenal sebagai kawasan kumuh. Namun, saat Jokowi menjadi Gubernur DKI Jakarta pada 2012, kawasan ini disulap menjadi deretan permukiman asri. Proses perubahan Kampung Deret ini, menurut Ujang, seperti menggambarkan niat Jokowi mendorong perubahan kondisi sosial masyarakat dengan berbagai macam program populis.
Kendati demikian, dia menilai perbedaan pemilihan tempat pidato kemenangan Jokowi ini juga bagian dari perubahan strategi. Menurutnya, Jokowi sebagai incumbent memang sudah harus melunasi janji politiknya.
"Dulu, waktu 2014 pidato Jokowi di kapal pinisi itu konsepnya soal visi kemaritiman. Ini lebih orisinal dan luas. Tapi sekarang strateginya berubah. Posisinya kan sekarang incumbent, jadi Pak Jokowi harus memenuhi janjinya kepada rakyat melalui program-program populis. Supaya Jokowi bisa diingat rakyat. Karena politik, kata filsuf politik Hannah Arendt, itu upaya mengabadikan nama. Maka dari itu Pak Jokowi ingin namanya diabadikan," ujarnya. (rdp/fjp)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini