"Saat rest area, masyarakat ada yang di bahu jalan. Bahu jalan itu hanya untuk darurat dan emergensi. Saat bergerak di jalan tol pun, jangan gunakan bahu jalan," ucap Kepala Korps Lalu Lintas (Kakorlantas) Polri Irjen Refdi Andri, saat diskusi Mudik Selamat, Guyub Rukun, di Hotel Crowne Plaza, Jalan Gatot Subroto, Jakarta, Kamis (16/5/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dengan begitu, rest area di kedua sisi jalur tol bisa digunakan sehingga tidak memecah rest area.
"Rest area itu demikian juga pada jalur A sama B itu dua-duanya dimanfaatkan. Jalur A dan B itu seimbang. Kemudian bagaimana melakukan pengaturannya, tentu kita berikan pemahaman kepada masyarakat kita. Dengan segala fasilitas yang ada di area yang ingin istirahat di sana, yang ingin melakukan sesuatu di sana dengan segala fasilitas di sana, mereka tidak lama-lama," ucap Refdi.
Masalah yang sering dialami dari tahun ke tahun adalah penumpukan di rest area. Masyarakat memaksa masuk ke area rest area meski sudah ditutup karena penuh.
"Masyarakat berhenti di jalan, jalan kaki ke rest area di tutup. Mereka tidak mau," kata Direktur Utama PT Jasa Marga, Desy Setyani di lokasi yang sama.
Seharusnya, mereka tetap melanjutkan perjalanan dan berhenti di rest area selanjutnya. Untuk memudahkan pemudik, Jasa Marga akan mengeluarkan buku panduan Tol Trans Jawa.
"Kita akan keluarkan buku, dan e-book juga, posisi exsit di mana saja, rest area di mana saja, gerbang di mana saja. Sehingga masyarakat lebih siap," kata Desy.
Sementara itu, Dirjen Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan Budi Setiyadi, meminta kepada masyarakat untuk keluar tol terlebih dahulu jika rest area penuh. Mereka bisa istirahat sejenak di kota-kota yang menjadi exit toll.
"Masyarakat dari rest area penuh keluar ke exit, Brebes Barat, (Brebes) Timur, Subang, setelah keluar kita akan mendapatkan lokasi salat, makan. Kami ajak, tidak sekedar di rest area, kalau penuh keluar di exit tol terdekat," ucap Budi.
(aik/knv)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini