Perolehan Kursi Turun, Caleg Partai Aceh Dinilai Kurang Pengaruh

Perolehan Kursi Turun, Caleg Partai Aceh Dinilai Kurang Pengaruh

Agus Setyadi - detikNews
Kamis, 16 Mei 2019 13:27 WIB
Kampanye Partai Aceh di Lapangan Hiraq, Kota Lhokseumawe, diwarnai berkibarnya bendera bulan bintang. (Datuk Haris/detikcom).
Banda Aceh - Perolehan kursi Partai Aceh di DPR Aceh (DPRA) kian merosot. Partai bentukan mantan pimpinan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) ini tidak mampu mencapai target mereka di Pemilu 2019.

Dirangkum detikcom, Kamis (16/5/2019), perolehan kursi Partai Aceh setelah Komisi Independen Pemilihan (KIP) Aceh merampungkan pleno rekapitulasi pada Minggu (12/5) lalu, hanya 18 kursi. Jumlah ini di luar ekspektasi karena mereka menargetkan perolehan kursi lebih banyak dari pileg sebelumnya, yakni 35 kursi.

Suara Partai Aceh terbanyak diperoleh dari dapil V meliputi Kabupaten Aceh Utara dan Lhokseumawe. Partai berwarna merah ini berhasil meloloskan 4 calegnya ke DPR Aceh.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Sementara di dapil IV, yang meliputi Aceh Tengah dan Bener Meriah, Partai Aceh, keok. Di sana, hanya partai nasional yang mengirimkan kadernya ke DPR Aceh. Sedangkan di dapil lain, perolehan kursi Partai Aceh antara satu hingga tiga kursi.

Menilik perolehan-perolehan Partai Aceh, perolehan suara mereka selalu menurun dalam setiap pileg. Pada pileg pertama yang diikutinya pada 2009, Partai Aceh berhasil menguasai parlemen dengan perolehan 33 kursi dari 69 kursi yang tersedia.

Pada Pileg 2014, Partai Aceh kehilangan empat kursi di tengah bertambahnya jumlah kursi di parlemen. Partai Aceh saat itu hanya mengantongi 29 dari total 81 kursi di DPRA.


Berkurangnya kursi Partai Aceh dinilai sebagai imbas dari kekecewaan masyarakat. Partai Aceh dianggap tidak bisa memenuhi apa yang menjadi aspirasi para pemilihnya.

"Saya pikir menurunnya (suara) Partai Aceh itu punya faktor. Pertama, bahwa masyarakat sudah bisa menilai ketika mereka pada 2014 mereka sudah memperoleh kursi yang dominan. Tapi kenyataannya masyarakat sangat kecewa dengan program-program yang tidak mengarah kepada rakyat," kata pengamat politik dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Unsyiah, Aceh Effendi Hasan.

Menurut Effendi, penyebab lainnya adalah banyaknya kader yang hengkang. Tak bisa dimungkiri, memang banyak kader Partai Aceh yang hengkang karena maju sebagai calon anggota DPR RI.


"Kader yang dipasang sekarang rata-rata kurang berpengaruh di kalangan masyarakat. Jadi sangat bergantung pada figur. Masyarakat memilih juga melihat pada figur, kadang kala mereka memilih tidak melihat partai tapi figur," jelas Wakil Dekan I Fisip Unsyiah ini.

Meski suara merosot, Partai Aceh untuk tahun ini masih menjadi penguasa parlemen. Sementara perolehan terbanyak kedua, yaitu Demokrat (10 kursi), disusul Golkar (9 kursi), Gerindra (8 kursi), PNA (6 kursi), PAN (6 kursi), PKS (6 kursi), PPP (6 kursi), PKB (3 kursi), PDA (3 kursi), NasDem (2 kursi), SIRA (1 kursi), Hanura (1 kursi), PDIP (1 kursi), PKPI (1 kursi). (agse/zak)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads