Ketiga anak Hamma Ali telah berkeluarga dan tinggal di tempat lain. Sementara itu, sang istri telah meninggalkannya.
Sejak lima tahun lalu, sehari-hari Hamma Ali tinggal dalam gubuk reot, yang diakui dibeli seharga tiga ratus ribu rupiah menggunakan uang yang terkumpul dari hasil mengayuh becak.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tak terlihat satu pun barang berharga dalam gubuk pria yang dulu bekerja sebagai pengayuh becak itu. Hanya tampak kasur dan kelambu usang serta beberapa buah perlengkapan makan.
"Kalau hujan, apalagi ada angin kencang, saya hanya bisa berdoa agar gubuk saya ini tidak hancur. Saya tidak tahu harus bagaimana kalau sampai gubuk ini hancur. Kalau soal kehujanan, itu sudah biasa bagi saya," ujar Hamma Ali kepada wartawan yang berkunjung Selasa (14/5/2019) sore.
"Walaupun memiliki anak yang telah berumah tangga sendiri, saya lebih nyaman tinggal di gubuk ini daripada merepotkan mereka," sambung Hamma Ali lirih.
Sejak beberapa tahun lalu, Hamma Ali mengaku terpaksa berhenti bekerja sebagai pengayuh becak dan hanya dapat berdiam diri di gubuk lantaran menderita penyakit. Walau telah melakukan pengobatan, diakui penyakit yang diderita belum juga sembuh.
![]() |
"Tidak jelas sakitnya apa, ada yang bilang penyakit gula, tapi orang lain bilang bukan. Saya sudah berusaha berobat, tapi sampai sekarang belum ada perubahan," ungkapnya.
Lantaran tidak dapat lagi bekerja seperti biasa untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, Hamma Ali sangat menggantungkan hidup pada bantuan orang lain. "Syukur alhamdulillah, selain anak, masih ada warga yang peduli dengan kondisi saya, yang kerap berkunjung untuk memberikan perhatian," akunya.
Selain itu, Hamma Ali mengaku masih mendapat bantuan rutin berupa beras rastra (beras untuk keluarga prasejahtera) dari pemerintah setempat.
Sejak beberapa hari lalu, kondisi Hamma Ali yang hidup memprihatinkan viral di sejumlah media sosial. Banyak yang memberikan komentar prihatin atas kondisi yang dialaminya dan tidak sedikit yang mengajak menggalang bantuan untuk meringankan beban lansia malang ini.
Salah satunya dari Komunitas Peduli Sesama Mandar Siasayangngi, yang menyempatkan diri berkunjung dan memberikan bantuan bahan pokok kepada pria malang ini.
"Walaupun jumlahnya tidak seberapa, kami berharap bantuan ini bisa sedikit meringankan beban sehari-hari, khususnya di bulan suci Ramadhan ini," kata salah seorang relawan peduli sesama, Riska. (gbr/imk)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini