"Ini bentuk kepedulian kami, karena sudah dua pekan ini dari pihak terkait seolah tidak ada kepedulian karena batu bara dibiarkan berserakan di Pantai Cipatuguran ini," kata perwakilan aktivis, Moch Haetami Zein, kepada awak media, Jumat (10/5/2019).
Menurut Zein, tidak hanya berdampak pada lingkungan saja, namun secara estetika kawasan yang tercemar batu bara ini masuk ke dalam zona wisata Geopark Ciletuh-Palabuhanratu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
"Kita akan kumpulkan dan bawa ke DLH, karena ini kan limbah B3. Makanya tidak bisa kita buang sembarangan. Sementara untuk yang masih berada di laut ini jadi perhatian khusus lainnya, karena nantinya tergerus ombak kemudian menjadi mikro partikel yang akan mengganggu ekosistem laut," tutur Zein.
Kapal tongkang bermuatan batu bara itu karam di pesisir pantai Kampung Cipatuguran, RT 2 RW 21, Kelurahan/Kecamatan Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, Minggu (28/4). Isi muatan tumpah dan mengotori pantai di tempat tersebut.
Ujang Sudira, ketua RW 21, menduga tongkang itu karam setelah dihantam gelombang pasang. "Ada dua (tongkang) yang terkena ombak besar satunya rusak, diperkirakan puluhan ton muatan batubara ikut hanyut. Kejadiannya Minggu (28/4) malam, pas hari Senin (29/4) dari DLH, Pos AL, Airud dan kelurahan mendatangi lokasi," kata Ujang.
![]() |
"Warga masyarakat mengaku ada yang gatal-gatal. Nelayan juga mengeluh ikan yang hilang karena bau batu bara. Ceritanya agen (tongkang) juga dipanggil ke sini, ngobrol lama para nelayan juga mengeluhkan langsung pendapatan mereka menurun karena tidak bisa melaut dan mereka saat itu minta kompensasi ke agen," ujar Ujang. (sya/bbn)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini